Benar saja, Kenneth menghampiri Margaret di sore hari ketika perempuan itu sedang berbicara dengan Henrietta. Wajahnya menegang, begitupun juga dengan Henrietta. Bedanya, Margaret lebih bisa menyembunyikan ketegangannya sendiri.
"Yang Mulia." Sapanya lembut untuk meredakan tatapan Kenneth yang tak bersahabat sama sekali.
"Katakan padaku, darimana kau tahu bila ada perbuatan kotor semacam itu di istana ?" Tanyanya langsung pada intinya.
"Aku mendengarnya, Yang Mulia." Jawabnya gemetar.
"Tidak mungkin. Jarak antara Blauer dan Monza sangat jauh. Bahkan aku yang berada di Burrow pun tak bisa mendengarnya." Kenneth memberi skakmat kepada Margaret saat ia menjabarkan logikanya. Detik itu pula Margaret merasa terpojok.
"Aku akan memberitahumu, tetapi berjanjilah padaku untuk mengusut kasus ini secara perlahan, Yang Mulia. Kau bisa membuat seseorang dalam bahaya bila kau menumpas habis pembangkang di istana." Suaranya memelas.
"Aku mempekerjakan mereka tidak untuk berbuat sesuatu semacam itu. Aku tidak memberi makan orang - orang di istana yang membangkang dari aturanku." Tandasnya tajam, cukup untuk membuat Margaret dan Henrietta merasa terintimidasi.
"Kau mau aku yang menjelaskannya pada Yang Mulia Raja atau kau menjelaskannya sendiri ?" Liriknya pada Henrietta yang wajahnya pucat pasi. Keningnya berkeringat walaupun cuaca di luar sangat dingin.
"Yang Mulia..." Ia menatap Margaret sebelum Kenneth menggertaknya pelan.
"Apa yang kau ketahui ? Bukankah aku sudah berkata bahwa mengadu padaku atau tidak sama sekali !"
"Aku bersumpah ingin memberitahumu di saat yang tepat, Yang Mulia. Hanya saja aku tidak menemukan celah yang cocok. Nyawaku menjadi taruhannya disini bila aku melapor." Kini perempuan itu menangis tertahan. Ia menunduk, tak berani menatap siapapun yang duduk di sofa saat ini. Henrietta terlalu takut berurusan dengan Kenneth.
"Katakan pada Yang Mulia Raja apa yang terjadi. Aku akan melindungimu, aku berjanji." Margaret menawarkan perlindungan supaya perempuan itu dapat menenangkan dirinya. Dengan menghapus air matanya, ia mulai bercerita pada Kenneth.
"Ada beberapa pelayan yang melakukan hubungan badan dengan prajurit penjaga. Beberapa pelayan juga bekerja sama dalam pencurian atas gaun bekas Yang Mulia Ratu. Gaun yang seharusnya dilelang di Balai Kota justru dijual secara pribadi sehingga mereka dapat memperkaya diri. Pelayan di kastil Monza juga kerap mencuri perhiasan - perhiasan Yang Mulia Ratu. Mereka sering menggosip dan merencanakan hal - hal gila. Mereka satu komplotan, Yang Mulia. Para pembangkang itu adalah orang - orang yang mengurus Kastil Burrow dulunya. Saat susunan pelayan diubah, mereka semakin senang karena dapat menjarah harta - harta istana dengan mudah, terutama barang - barang milik Yang Mulia Ratu. Buktinya sangat banyak sekali, kau bisa menggeledah wisma pelayan maupun mencari tahu mengenai keuangan mereka. Jumlah uang yang mereka pamerkan sangat tidak masuk akal bila mereka hanya sekedar menjadi pelayan istana."
Nyatanya Henrietta tetap menangis disana sekalipun ia sudah berusaha tenang. Kenneth terdiam mendengar penjelasan perempuan itu. Cedric sendiri hanya bisa menggeleng, menolak percaya bahwa di istana ada orang - orang yang tidak berakal seperti itu.
"Lalu mengapa kau baru mengatakannya sekarang, Henrietta ? Apakah aku pernah menghukumu hanya karena kau melapor padaku ? Kau telah menjadi pelayanku selama bertahun - tahun sebelum aku memindahmu kemari." Suara Kenneth memelan disana, tak ingin membuat Henrietta semakin ketakutan.
"Mereka mengancam akan membunuhku, Yang Mulia. Dengan jumlah mereka yang banyak, rencana keji semacam itu pasti akan terwujud dengan mudah." Adunya lagi. Kenneth terkejut dua kali dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WARM DAYS - United Monarchy
Historical FictionWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** #1 on Summer (Jul 3rd, 2023) #1 on Warm (Nov 7th, 2022) #2 on Historical (Jan 29th, 2023) #2 on Historical Fiction (Jan 29th, 2023) #5 on Sejarah (June 7th, 2023) #5...