56

514 63 0
                                    

Archer kembali tidur dalam pelukan Kenneth sementara itu Margaret sedang berbenah diri. Bila waktu sudah menunjukkan sore hari, Margaret lebih memilih menggunakan gaun tidur yang longgar sembari menggerai rambutnya. Hal tersebut cukup meringankan kepalanya setelah seharian penuh ia memakai atribut ratu yang sangat berat.

"Elise, apakah kau tidak melihat selendangku ? Aku lupa meletakkannya dimana." Ujarnya sembari mencari ke berbagai ruangan yang ada dalam paviliunnya. Tak ada sahutan sama sekali, mungkin suaranya kurang keras. Namun saat ia berbalik, Margaret mendapati Helena berdiri di ambang pintunya dengan wajah datar. Ralat, matanya berkaca - kaca, entah apa yang membuatnya demikian. Margaret terkejut, tentu saja. Ia teringat dengan surat vonis dimana Helena tak boleh lagi bicara dengannya.

"Yang Mulia Raja ada disini." Ujarnya sangat pelan dengan ekspresi yang tak bisa dijabarkan. Ia berharap supaya Helena cepat menyingkir dari paviliunnya supaya ia tak terkena amukan Kenneth. Namun nyatanya wanita itu justru melangkah dengan tenang, mendekati Margaret yang terpaku sembari melemparkan surat vonisnya ke sofa dengan kasar.

"Aku iri denganmu, Margaret. Aku iri." Tandasnya pelan, tetapi cukup untuk membuat Margaret tertusuk detik itu juga.

"Aku berusaha menghindarkanmu dari Kenneth karena aku tahu bagaimana menyedihkannya kursi ratu. Namun aku tidak tahu bahwa ada yang berbeda darimu. Selagi kau bernafas, kau adalah sorotan utama. Ayolah, siapa yang tidak tertarik dengan topik pembicaraan 'kekasih raja' ?"

"Helena, cukup !" Viktor datang dengan nafas terengah - engah, berusaha menarik Helena keluar sebelum Kenneth mengetahui hal ini. Sayangnya, pria itu tak tahu bahwa Kenneth memang ada di paviliun Margaret sejak tadi. Ia sudah berdiri di ambang pintu penghubung dengan tatapan mata yang sangat mematikan, murka dengan kedatangan Helena.

"Lepaskan aku !"

"Lepaskan, ayah. Biarkan ibu bicara denganku." Ujarnya dengan suara gemetar. Margaret seolah tak menggubris keberadaan Kenneth sama sekali. Ia hanya berdiri diam memandang Helena dengan tatapan sendunya sejak tadi.

"Kau tahu, kau datang dengan tangan kosong kemari. Namun sekarang, kau punya semuanya. Karena wajahmu yang sangat cantik jelita, gaya bicaramu yang sangat lembut, kemampuanmu memahami politik, serta kelihaianmu berbicara lima bahasa membuat semua orang memuji - mujimu. Aku hidup di dunia dimana aku hanya mendengar kata 'Aku sudah melihat Putri Margaret, dia benar - benar sempurna.' Tiada hari tanpa mengobrolkan dirimu, semua orang seperti itu."

"Ibu suri..."

"Semua yang kau lakukan menjadi sorotan. Kau adalah pusat perhatian. Perlakuan orang - orang di istana kepadaku jauh berbeda saat mereka memperlakukanmu ! Tak peduli itu pelayan maupun dewan kerajaan ! Kau merebut semua tempatku dan menghapusku dari ingatan mereka, seolah - olah Whitemouttier tak pernah memiliki ratu sebelumnya !"

Margaret tertegun saat Helena terus berbicara tanpa bisa dihentikan sama sekali. Padahal tadi ia berusaha untuk mengajaknya duduk. Namun sekarang, Margaret tak bisa berbuat apa - apa kecuali berdiri gemetar dengan mata yang berkaca - kaca. Helena terus menatapnya dengan sengit.

"Ya, aku iri denganmu, Margaret ! Aku iri dengan caramu diperlakukan di istana ini ! Aku iri dengan gaun yang tak pernah kau pakai untuk kedua kalinya ! Aku iri dengan segudang berlian yang kau pakai setiap hari di tubuhmu ! Aku iri dengan kasih sayang yang selalu kau dapatkan di istana ini ! Aku iri saat aku harus melangkah dengan ketakutan sedangkan kau bisa melangkah dengan tenang sekalipun kau hamil sebelum menikah ! Aku iri, Margaret ! Aku iri !" Tangisan Helena lepas begitu saja disana bersama dengan amukan yang meluap dari hatinya yang terdalam. Margaret yang awalnya berkaca - kaca kini ikut meneteskan air mata walaupun ia tak bergeming sama sekali.

WARM DAYS - United MonarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang