13

798 82 0
                                    

Malam itu hujan datang mengguyur Dakota. Margaret sangat menyukai hujan sehingga ia membuka sebuah jendela yang terletak di ujung sembari menyusui Archer dalam rangkulannya. Ia bersenandung pelan, tampaknya Archer sangat tenang sehingga bayi kecil itu mudah sekali tertidur. Kenneth membereskan mainan Archer yang berserakan di karpet. Sesekali ia mengingat - ngingat dalam pikirannya. Mainan yang dipakai Archer sekarang adalah mainannya dulu. 

"Archer pasti sangat bahagia." Ujarnya memecah keheningan di malam hari tersebut. Margaret menoleh. Ia tak paham apa maksud Kenneth berkata demikian.

"Tentu saja Archer bahagia." Timpalnya dengan senyum sekilas.

"Kadang aku iri padanya. Bagaimana bisa Archer dapat memiliki ibu yang sangat sempurna ? Entahlah." Ia tersenyum singkat setelahnya.

"Yang Mulia..."

"Margaret, dengarkan aku. Aku ingin Archer menjadi orang yang ramah. Semoga ia tak sepertiku."

"Apa ini sebenarnya, Yang Mulia ? Mengapa kau berkata seperti itu ?" Suara Margaret sedikit meninggi disana. Ia tak suka saat Kenneth berkata demikian.

"Tak apa. Aku rasa sifatku tak ada bagus - bagusnya sama sekali. Mungkin orang - orang di istana semakin menderita karena sifatku jauh lebih parah dari ayahku dulu."

"Tak ada hubungannya, Yang Mulia. Dengan masuk ke istana, orang - orang yang bekerja disini telah menyanggupi semua peraturan yang ada. Mereka tak punya kepentingan dengan sifat raja. Bila mereka bekerja dengan baik, maka mereka tetap aman. Itu saja." Sahutnya cepat.

"Lagi pula mereka juga pasti tahu mengenai Keluarga Days. Tak ada orang lemah lembut disini." Imbuhnya lagi.

"Begitukah ?" Kenneth meletakkan mainan tersebut dengan rapi di atas meja.

"Yang Mulia, ada apa ini ?" Margaret benar - benar cemas sehingga ia beranjak menghampiri Kenneth di sofa tanpa melepas Archer yang masih menyusu dalam gendongannya.

"Tak apa."

"Sekarang kau mulai berahasia denganku ?" Sergahnya.

"Tidak." Kenneth termenung sendiri setelahnya. Margaret tetap sabar menunggu di sebelah lelaki tersebut, berharap ia akan membuka mulutnya untuk bercerita.

"Apakah kau keberatan dengan sifatku, Margaret ? Apakah sifat kerasku ini membuatmu merasa kesulitan  untuk menyentuhku ?" Tanyanya dengan skeptis. Kenneth menggulung bibirnya sendiri dengan wajah kecewanya.

"Aku mendengar percakapanmu dengan ibuku. Sepertinya sebagai sesama perempuan, ia mencoba memperingatimu akan sifatku yang keras ini. Aku kurang memperhatikan sekitarku sehingga aku tidak sadar bahwa orang - orang menganggapku berbahaya, bahkan ibuku sendiri." Kenneth harus menahan air matanya sendiri yang akan jatuh sebentar lagi. Ia tak ingin menangis di depan Margaret. Namun bagi Margaret sekarang, apa yang dikatakan Helena adalah salah. Kenneth memiliki hati dan masih bisa bersedih atas masalah yang menimpanya. Ia berperasaan layaknya manusia yang lain.

"Mengapa harus mendengarkan komentar orang lain ?" Margaret berusaha tenang. Ia akan menjadi netral malam ini.

"Aku sangat menakutkan, katanya."

"Yang Mulia, ia mengatakannya karena ia gagal memahamimu. Bila ia gagal memahamimu, maka kau juga tak perlu memaksakan diri untuk memikirkan pendapatnya. Dengar, ia tak memahamimu. Orang - orang di istana ini tak ada yang memahamimu sejak awal." Saat Margaret mengusap wajahnya, air mata Kenneth jatuh seketika. Tampaknya Kenneth lelah memendam perasaannya sendiri.

"Tadi aku tidak mendengar tanggapanmu saat ibuku berkata bahwa kau tidak perlu memaksakan diri berada dalam hubungan seperti ini. Apakah mungkin bahwa suatu hari nanti kau akan menyerah pada pernikahan kita dan memilih berhenti ?"

WARM DAYS - United MonarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang