28

539 70 1
                                    

"Yang Mulia, Domethians ingin meminta izin untuk menemuimu." Ujar Henrietta pelan. Margaret meletakkan barang - barangnya kembali. Ia beranjak keluar dari kamarnya dengan wajah yang sangat tenang.

"Ayah." Sapanya.

"Selamat sore." Viktor terdengar sangat formal, mematahkan kehangatan yang berusaha Margaret jalin di antara mereka berdua.

"Duduklah." Perempuan itu berusaha untuk tak memikirkan lagak Viktor yang terasa aneh.

"Kau akan berkemas sekarang ?" Tanya Viktor tiba - tiba.

"Sebenarnya bukan untuk pergi ke Goddam. Yang Mulia Raja memintaku untuk menemaninya di Witchave."

"Benarkah ? Ku rasa Witchave akan semakin hidup. Aku melihat bahwa sekarang Archer sangat melekat pada Kenneth. Kemanapun Kenneth melangkah, Archer selalu berada di sebelahnya."

"Aku sempat membahasnya tadi tetapi Yang Mulia Raja yang menginginkan Archer terbiasa dengan suasana istana. Ia ingin Archer tak merasa tegang di dalam rumahnya sendiri."

"Itu sangat bagus." Viktor berusaha tersenyum walaupun Margaret tahu bahwa itu hanyalah sebatas ramah tamah saja. Pria itu pasti memiliki niat lain untuk datang padanya.

"Aku tahu kau memiliki sesuatu untuk dibicarakan. Bicaralah, aku akan mendengarkan." Margaret mencoba terdengar ramah. Viktor hanya tersenyum penuh arti, seolah ada sejuta beban disana.

"Aku ingin meminta maaf atas kejadian di ruang raja saat itu. Aku meminta maaf atas semua ucapan Helena yang membabi buta. Aku tak ingin kita membentuk kubu sendiri - sendiri dalam istana ini. Kita adalah keluarga." Ujarnya pelan namun penuh dengan penekanan. Respon yang diberikan Margaret tampaknya sangat mengambang. Perempuan itu hanya tersenyum tak bergeming, tetapi juga tidak mengatakan iya.

"Aku ingin sekali berguna untuk keluarga ini, semata - mata aku ingin membalas kebaikan Yang Mulia Raja. Tanpanya, aku pasti sudah bertemu Tuhan saat ini. Aku berpikir bahwa pasti sulit untuk bertahan dalam istana ini. Namun kenyataannya jauh lebih parah lagi. Sejak awal, ibu seperti memusuhiku. Entah apa salahku. Ia bahkan pernah mengusirku secara langsung, tetapi aku tak mengadukannya pada Yang Mulia Raja karena aku tak ingin membuat hubungan mereka retak. Aku berpikir bahwa aku adalah orang baru disini sehingga aku tak akan membuat masalah dengan asal mengadu pada Yang Mulia Raja."

"Aku sangat menghargai usahamu, Margaret. Terima kasih karena telah memilih untuk mengalah." Viktor tersenyum, membuat Margaret harus membalasnya pula walaupun ia enggan.

"Aku heran, aku terus bertanya - tanya dalam diriku. Apakah aku pernah melukai perasaannya ? Namun kita saja tak pernah bersinggungan. Lalu ku ingat bahwa sejak awal kau memanggilku datang ke istana, wajahnya memang tak bersahabat padaku."

"Helena marah pada masa lalunya dan ia membawa hal tersebut padamu. Ia marah saat kau memiliki pilihan untuk pergi dari sini tetapi kau tetap bertahan. Aku tahu ia sempat menawarimu posisi sebagai penasihat wali kota di Bolova. Namun tentu saja kau tetap memilih bertahan disini. Ia iri padamu, Margaret. Helena iri atas semua hal yang kau miliki. Helena iri saat kau diberi opsi sedangkan ia tidak demikian. Kemarahannya semakin menjadi - jadi saat kau membuat pilihan yang salah menurutnya."

"Tetapi ia memiliki tujuan yang berbeda denganku. Ia ingin kebebasan. Aku ingin Kenneth." Sahut Margaret cepat. Kalimatnya sangat tegas, cukup untuk membuat Viktor paham dengan pemikiran perempuan tersebut.

"Ia bahkan sempat menyinggung hubunganku dengan Kenneth di masa lalu yang tak ada korelasinya sama sekali dengan masalah yang sedang kita bahas. Aku rasa itu adalah hal yang sangat keterlaluan mengingat secara tak langsung ia berusaha membuka keburukan putranya sendiri. Aku tahu bahwa hubunganku dan Yang Mulia Raja memang berada di luar batas aman sehingga aku lebih dulu mengandung. Namun apapun yang telah kami lewati adalah privasi kami."

WARM DAYS - United MonarchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang