21. pertanyaan

3.6K 501 69
                                    

Happy reading 💗

Jam menunjukkan pukul enam sore dan hujan turun begitu deras membuat Manda dan Sindy tak jadi ke supermarket untuk berbelanja padahal mereka sedari tadi sudah membuat list apa saja yang akan mereka beli nanti. Namun sayangnya hujan turun tanpa di minta sehingga kedua gadis itu terpaksa kembali ke kamar masing-masing untuk mengganti pakaian mereka itu.

Di ruang tamu ada Rafa yang sedang bermain mobil-mobilan bersama Arga tak lupa ada Ari dan Jordan yang datang ke rumah Rafa hanya untuk menghilangkan rasa penat saja. Ari ingin sekali mempunyai seorang adik namun sampai sekarang ia belum di kasih adik malahan ia diberikan tiga orang kakak cewek yang masing-masing sudah memiliki anak semua.

“bocil,” panggil Ari

“apa bang Ali,” sahut Arga

“sini dulu,”

Arga pun beranjak dari tempatnya lalu berjalan ke arah Ari lalu ia mendudukkan tubuhnya di sebelah sahabat sang kakak yang tak lain adalah Ari. Arga suka sekali bercanda dengan Ari tapi tidak dengan Jordan. Di mata Arga, Jordan itu monster kutub yang sangat persis dengan kakaknya kalau Al di mata Arga bisa di katakan kembaran Ari. Tapi Arga lebih dekat dengan Ari di banding Al dan Jordan.

“bang Ali mau ngomong apa?” tanya Arga

“lo anak berani kan?”

Arga mengangguk pelan. “iya dong.” Ucapnya

“bilang ke Rafa, abang comel kayak bangsat,”

“Bangsat itu apa?”

“bangsat itu kayak ganteng banget,”

“ABANG AFA COMEL KAYAK BANSAT!” Teriak Arga begitu keras

Seketika mata Rafa membulat mendengar teriakkan Arga begitupun dengan Manda dan Sindy yang saling menatap satu sama lain saat kata bangsat keluar dari mulut bocah kecil satu itu. Rafa langsung beranjak dari tempatnya dan melangkahkan kakinya ke arah Arga yang menyengir tanpa berdosa sama sekali setelah berteriak seperti itu.

“siapa yang ajar lo ngomong kayak gitu?” tanya Rafa

Arga langsung menunjuk ke arah Ari. “bang Ali bangsat.” Jawabnya dengan begitu santai

“lo tau nggak bangsat itu apa sampai-sampai ngomong kayak gitu?”

“Tau dong,”

“Apa?”

“Ganteng,”

Manda berjalan ke arah Arga dan memegang kedua pundak bocah kecil yang kini berdiri di hadapannya. “sayang, artinya bukan itu dan bang Ari udah ajar kamu yang salah.”

“Salah ya?”

“Iya,”

“Rafa ambil adek lo, gue udah nggak sanggup lagi lihat dia,” celetuk Jordan yang sudah tak tahan dengan Arga yang begitu polos

“ABANG AFA BANGSAT OI OI OI!” Teriak Arga

Tiba-tiba Rafa menutup mulut sang adik dan ia menggendong Arga. Saat hendak melangkah ke arah pintu rumah seketika lampu padam membuat Manda mencoba untuk mencari keberadaan ponselnya yang terakhir kali ia simpan di sofa. Suara guntur dan kilatan petir begitu kencang sehingga Arga menyembunyikan wajahnya di dada bidang Rafa sedangkan Sindy memilih untuk mendudukkan tubuhnya dan mencoba untuk tenang daripada banyak gerak.

Manda yang tak menemukan ponselnya memilih untuk berjalan dengan hati-hati namun sialnya ia menabrak sesuatu membuat keningnya merasa sakit. Sebuah tangan memeluk lehernya dan Manda sangat yakin yang ia tabrak adalah Rafa si Olaf batu itu. Perlahan Rafa mengelus rambut Manda untuk menenangkan istrinya itu.

Rafda||PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang