Sepulang dari tempat mak Jingga, Manda bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa sangat gerah sedangkan Rafa mwndudukkan tubuhnya di sebelah Arga yang sedang bermain lego dan di temani oleh Sindy. Arga yang melihat kakaknya langsung berlari ke arah Rafa.
Bocah kecil itu memainkan jari-jarinya membuat Rafa menaikkan alisnya ke arah Arga. Sindy sebenarnya juga tidak tahu apa yang terjadi dengan adiknya karena sedari tadi bocah itu tak mau memberitahunya. Semenjak pulang dari rumah Manda wajah adiknya tak bersahabat sama sekali.
Tadi sempat Sindy bertanya ke Vanessa namun wanita paruh baya itu juga tak tahu apa yang membuat Arga sedih seperti itu. Perlahan Rafa mengelus rambut Arga namun adiknya sama sekali tak mau berbicara sama sekali. Rafa yakin ada sesuatu yang diinginkan oleh Arga namun dia tak berani memberitahunya.
"Kenapa?"
"Gaga mau sekolah juga,"
"Sekolah?"
"Iya, Sekolah kayak bang Afa sama Indy,"
"Emangnya lo udah bisa bilang R nggak?"
Arga menggeleng kecil. "Belum bisa tapi Gaga akan mencobanya."
"Tanya Indy gih,"
Tanpa basa-basi Arga beranjak dari tempatnya dan berlari menghampiri Sindy yang sedang merapikan mainannya. Arga yakin bahwa kakaknya yang satu ini pasti akan menuruti keinginannya. Arga merasa iri melihat teman-teman sebayanya sudah bersekolah lagian umurnya sudah cukup untuk bersekolah.
Sindy yang melihat Arga seketika ia mengerjapkan kedua matanya saat bocah kecil itu merentangkan kedua tangannya dan berlari dengan sangat kencang. Sedangkan di depan pintu nampak Loren yang baru saja pulang entah dari mana gadis itu. Tante Kinan menitipkan Loren di sini selama ia pergi ke Inggris untuk mengurus perusahaannya di sana dan Sindy dengan berat hati mengiyakan permintaan sang tante.
"Indy cantik,"
"Apa?"
"Gaga mau sekolah,"
"Tanya kak Manda jangan tanya sama gue, Cil,"
"Kakak Unti mana?" tanya Arga.
"Mandi, Cil," jawab Rafa.
Arga menganggukkan kepalanya dan ia akan menunggu Manda yang sedang mandi. Saat melihat Loren yang berjalan ke arah sofa seketika Arga mengambilkan segelas air untuk sepupunya itu. Arga terkadang jengkel dengan Loren yang selalu mengejeknya dan mengatainya burung Gagak.
Namun di sisi lain Arga sangat sayang sama Loren tapi ya begitu, Loren selalu mengganggunya tanpa henti. Pernah Loren membuat Arga menangis kejer dan berakhir Citra yang menenangkan bocah tengil yang satu itu. Loren yang di sodorkan air oleh Arga tanpa basa-basi langsung menegukknya.
"Haus kak?" tanya Arga
"Pake banget,"
"Dari mana aja, Lo?" tanya Rafa
"Dari jual diri,"
"Gue ini lagi serius, Loren!"
"Habis di kejar anjing,"
Rafa hanya beroh ria saja dan cowok itu mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. Arga? Ia mendudukkan tubuhnya di atas pangkuan sang kakak dan sesekali ia melihat foto-foto yang sedang di lihat oleh Rafa. Arga tak mengerti dengan Rafa yang cepat sekali menscroll fotonya padahal Arga belum selesai melihatnya.
Sekitar sejam kemudian akhirnya Manda telah selesai Mandi dan gadis itu bergegas untuk turun ke bawah dan akan membuatkan mereka semua makan malam. Tadi Manda sempat membeli lima ketoprak untuk mereka satu rumah dan semoga saja ketoprak punyanya tidak di makan oleh Rafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafda||Perjodohan
Roman pour Adolescents[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Kenapa lo mau menerima perjodohan ini?" -Amanda- "Sekalipun gue nolak mereka bakal tetap memaksa gue." "Tapi setidaknya mereka tahu kita menolaknya." "gue nggak mau di cap sebagai anak durhaka, kalaupun semuanya terjadi k...