Manda mengeluarkan ponselnya dari dalam tas karena sedari tadi banyak sekali notifikasi masuk ke dalam ponselnya. Semua notifikasi masuk dari Instagram dan banyak yang mengetag namanya di kolom komentar. Manda merasa sangat penasaran dengan postingan itu, tanpa basa-basi lagi gadis itu menekan tombol notifikasi yang berada di kanan atas.
Postingan itu nampak foto Manda yang di edit sedang berciuman dengan orang lain. Tangannya ia kepal sangat erat dan ia yakin bahwa Cica yang pasti mengedit fotonya. Vale merampas ponsel Manda terkejut melihat postingan itu begitupun dengan Becca. Saking bencinya Cica sampai dia melakukan hal itu.
Becca menggelengkan kepalanya sedangkan di lapangan nampak Al yang menoleh ke arah tiga gadis itu. Entah apa yang terjadi, Al sendiri tak tahu apalagi wajah Manda memerah seperti sedang menahan emosinya. Tak lama kemudian mereka di berikan waktu untuk istirahat sejenak dan Al, Rafa, Jordan dan Ari berjalan ke pinggir lapangan.
"Lo semua kenapa?" Tanya Ari
"Tuh kuyang bikin gue kesal," jawab Manda
"Kenapa?"
"Masa dia ngedit muka gue lagi ciuman sama om-om,"
Keempat cowok itu terkejut mendengarnya terutama Rafa. Bagiamana bisa Cica selicik itu? Ari langsung mendudukkan tubuhnya di sebelah Manda dan merampas ponsel gadis itu untuk melihat hasil editan Cica dan hasilnya terlihat sangat sempurna dan tak ada lecet editan sedikitpun.
"Gila sih," ujar Ari
"Gue terkadang heran sama dia," ucap Jordan
Vale menaikkan alisnya sebelah. "Heran kenapa?"
"Ya gue heran aja, dia sangat-sangat nekat buat ngehancurin Manda dengan cara seperti itu. Maksud gue lebih baik kalian bersaing secara sehat buat dapatin Rafa, tapi gue yakin kalau Rafa lebih milih Manda di banding Cica,"
"Tuh kuyang harus gue kasih pelajaran yang buat dia tobat," ucap Manda
"Pulang dari sini baru kita bantai dia," celetuk Ari
Rafa tak mengerti dengan Cica apa jangan-jangan gadis itu memiliki penyakit kejiwaan? Semalam Rafa mendapati dia menangis sambil tertawa terbahak-bahak. Roby, Cica, dan keluarga gadis itu lebih baik Rafa masukkan ke dalam rumah sakit jiwa. Manda menggeserkan tubuhnya dan menarik mantan suaminya untuk duduk di sebelahnya.
Sekitar lima belas menit kemudian mereka kembali ke tengah lapangan untuk melanjutkan latihan mereka. Manda tak memperdulikan postingan yang kini sedang booming di sosmed antar sekolah di Jakarta. Gadis itu tak sabar untuk bertemu dengan Cica dan membabak belur dia habis-habisan. Siapa suruh dia berani menyentuh Manda.
Sambil menunggu, ketiga gadis itu berkeliling sekolah. Satu tempat yang pertama mereka kunjungi adalah lab di dekat ruangan basket. Suara tangisan itu kenapa sekarang sudah menghilang? Ini pasti ada yang tak beres. Becca yang melihat kedua sahabatnya sangat nekat ke ruangan itu hanya bisa pasrah dan mengikuti mereka saja.
Setibanya di depan ruang lab, Manda mendongakkan kepalanya ke atas dan membaca papan nama ruang yang terpajang di atas pintu. Ruang lab ini dulu merupakan ruang lab pak Edi namun sekarang ruangannya terbengkalai saat salah satu murid dulu mendapati ada murid yang gantung diri saat sedang mengandung.
Perlahan Manda membuka pintu dan Vale serta Becca mengarahkan senter ponselnya ke arah kanan dan kiri sedangkan Manda menggandeng kedua tangan sahabatnya. Tiba-tiba saja pintu tertutup dari luar karena angin yang sangat kencang membuat bulu kuduk Manda berdiri namun gadis itu tetap harus tenang dan tak boleh menakuti sahabatnya.
"Shallom,"
"Assalamualaikum," ucap Vale dan Becca serempak
"Apa ada orang? Kalau ada tolong berdehem singkat kalau nggak ada boleh ketawa," ujar Manda
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafda||Perjodohan
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Kenapa lo mau menerima perjodohan ini?" -Amanda- "Sekalipun gue nolak mereka bakal tetap memaksa gue." "Tapi setidaknya mereka tahu kita menolaknya." "gue nggak mau di cap sebagai anak durhaka, kalaupun semuanya terjadi k...