46. si bocil

3.2K 385 22
                                    

Setibanya di rumahnya Manda langsung memeluk Arga yang berdiri di hadapannya. Mata Manda celingak-celinguk mencari keberadaan Rafa namun ia tak melihatnya mungkin suaminya masih tertidur. Gadis itu berjalan menuju ruang tengah untuk menurunkan Arga dan di ruangan itu nampak bi Inah yang sedang melipat baju-baju sembari menemani Arga.

Sesudah menurunkan Arga ia pun berjalan menuju kamarnya untuk melihat kondisi suaminya apakah demam Rafa sudah turun atau tidak. Kaki putihnya perlahan-lahan menaiki anak tangga dan saat berdiri di depan pintu kamarnya, perlahan ia membuka pintu dan terlihat jelas Rafa sedang duduk di atas kasurnya.

Manda melanjutkan langkahnya dan sebuah senyuman manis terbit di bibir Manda saat Rafa memperhatikannya. Gadis cantik itu menghampiri Rafa dan tak lupa ia meletakkan tangannya di kening Rafa untuk mengecek suhu tubuh Rafa. Demam Rafa sudah menurun cuman wajah suaminya terlihat sangat pucat.

"Dari mana?" Tanya Rafa.

"Sekolah,"

"Di telfon?"

"Bukan,"

"Terus ngapain ke sekolah??"

"Aku ke sekolah karena di telfon sama Vale kalau Becca di perkosa sama Julian,"

Mata Rafa membulat sempurna mendengarnya. "Bagiamana bisa?"

"Katanya mereka di jebak,"

"Siapa yang jebak mereka??"

"Marsya,"

Rafa tak percaya bahwa Becca dan Julian seperti itu apalagi Marsya dalang di balik ini. Entah apa yang membuat Marsya melakukan itu padahal dulu Manda dkk yang membantunya keluar dari ruangan lab dan berhasil lolos oleh gurunya itu. Ia masih bingung dengan alasan Marsya.

Manda mengeluarkan ponselnya lalu ia menchargernya lalu ia meletakkannya di atas nakas. Di liriknya jam yang menunjukkan pukul setengah sepuluh Manda memutuskan untuk mengirimkan pesan kepada bi Inah kalau ia meminta tolong membuatkan bubur untuk Rafa. Sedangkan Rafa diam-diam tersenyum tipis melihat Manda yang begitu peduli dengannya.

"Udah minum obat?" Tanya Manda

"Udah,"

"Pintar,"

"Manda," panggil Rafa

"Kenapa?"

"Nggak jadi,"

"Tampol yuk tampol,"

Rafa hanya cengengesan saja melihat tingkah Manda. Tak lama kemudian bi Inah datang dengan membawa bubur ayam tak lupa dengan Arga yang selalu mengikuti bi Inah kemanapun wanita itu pergi. Setelah memberikan Manda semangkuk bubur, bi Inah pun memutuskan untuk pergi tapi tidak dengan Arga.

Bocah tengil itu menaiki kasur Manda lalu mendudukkan tubuhnya di sebelah Rafa. Matanya tak hentinya melihat Manda yang sedang mengaduk-aduk bubur yang ia pegang. Perlahan Arga menempelkan tangannya di kening Rafa dan seketika ia melepaskan tangannya.

"Bang Afa kenapa makan bubul?"

"Sakit,"

"Belalti bang Afa udah mau mati?"

"Heh! Mulut lo gue buang lama-lama!" Ketus Rafa

Manda yang mendengarkannya hanya menggelengkan kepalanya. "Bukan sayang, kakak kamu lagi sakit jadi dia makan bubur kalau udah sembuh boleh makan nasi."

"Oh gitu ku kila udah mau mati,"

"Dosa lo sama abang sendiri!" Ucap Rafa

Di rasanya bubur yang di tangannya sudah dingin Manda pun menyuapi Rafa perlahan-lahan. Arga yang melihatnya hanya bisa memutar bola matanya. Saat melihat ponsel Rafa nganggur begitu saja perlahan tangan kecilnya mengambil benda pipih itu dan jari-jarinya mencari keberadaan galeri sang kakak.

Rafda||PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang