Pagi-pagi sekali Manda memutuskan untuk mandi begitupun dengan Rafa yang akan membersihkan tubuhnya di kamar mandi bawah. Di dalam kamar mandi, Manda menyalakan shower dan berdiri di bawahnya. Mengingat apa yang telah ia lakukan semalam membuat bulu kuduknya berdiri.
Kini ia dan Rafa sangat canggung jika berduaan padahal biasanya mereka seperti Tom and Jerry. Ia memukul kepalanya dengan sangat keras dan butiran bening turun membasahi pipinya. Di satu sisi ia ingin mempererat hubungannya dengan Rafa namun di sisi lain ia masih belum siap jika dirinya nanti di katakan berbadan dua.
Tiba-tiba ia menangis sejadi-jadinya dan meluapkan semuanya. Sedangkan di ruangan yang berbeda ada Rafa yang sedang menatap dirinya dari pantulan cermin di kamar mandinya itu. Setelah melakukannya semalam ia merasa bersalah seharusnya ia menyadarkan Manda waktu itu.
"GUE GOBLOK! ANJENGG! ARGHH!" Teriakan Rafa sangat menggema membuat Arga yang hendak melangkahkan kakinya seketika terkejut mendengarnya.
"Bang Afa ngapain teliak-teliak kayak orang gila? Atau jangan-jangan bang Afa mau berubah menjadi siluman?" Monolog Arga.
Tanpa basa-basi Arga langsung berlari menuju meja makan untuk melihat masakan apa yang telah di sajikan untuknya. Sekitar lima belas menit Manda pun telah selesai mandi dan berpakaian. Ia pun memutuskan untuk ke bawah, saat menuruni tangga ia terkejut melihat Rafa yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.
Keduanya tak saling bicara satu sama lain dan Manda mempercepat langkahnya menuruni tangga. Setibanya di meja makan nampak Arga yang sedang mengoleskan selai coklat di rotinya namun seketika bocah itu menghentikan tangannya kala melihat Manda yang baru saja datang.
"Kakak Unti sama bang Afa kok kelamas pagi-pagi sekali?" Tanya Arga. Bocah itu dari tadi memperhatikan pasutri yang kini duduk di hadapannya.
Mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh Arga seketika Manda dan Rafa saling bertatapan. Mereka bingung harus menjawab apa apalagi Arga masih sangat kecil namun terlintas dipikiran Manda sebuah jawaban yang sangat masuk akal sedikit meskipun harus membohongi bocah yang satu ini.
"Kita berdua mau ke sekolah sayang makanya kita mandi duluan biar nggak terlambat apalagi kita berdua mau urusin sekolah kamu makanya kakak sama bang Afa mandinya cepat," kilah Manda. Ia berharap bocah itu mempercayai ucapannya.
"Kalian mau sekolahin Gaga?" Tanya Arga dengan mata yang berbinar-binar.
Rafa mengangguk singkat. "Iya." Ucapnya.
"YEAYYY SEKOLAH! BISA KETEMU CEWEK CANTIK!" Teriak Arga dengan sangat keras membuat Sindy serta Loren yang baru saja datang seketika terkejut mendengarnya.
"Heh cil, orang sekolah buat belajar bukan cari cewek kalau sampai papa tau siap-siap lo di bawa pergi sejauh-jauhnya," ucap Sindy.
"Ih Gaga takut tapi boong,"
"Diam lo!" Ketus Sindy yang sudah tak tahan dengan adiknya.
Sedangkan Loren terlihat kurang bersemangat pagi hari ini. Dari semalaman malahan gadis itu tak terlalu banyak bicara padahal Sindy memintanya untuk bercerita namun Loren sama sekali tidak mau bercerita. Arga yang melihat Loren seperti itu, tanpa basa-basi ia langsung menepuk pundak Loren.
"Kakak Lolen kenapa?"
"Kakak nggak kenapa-kenapa,"
"Bohong! Oh Gaga tau kenapa kakak Lolen begini,"
"Apa coba?"
"Kakak Lolen kulang semangat kalena nggak di semangatin sama ayank,"
"Bisa aja lo, Cil," ucap Loren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafda||Perjodohan
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Kenapa lo mau menerima perjodohan ini?" -Amanda- "Sekalipun gue nolak mereka bakal tetap memaksa gue." "Tapi setidaknya mereka tahu kita menolaknya." "gue nggak mau di cap sebagai anak durhaka, kalaupun semuanya terjadi k...