Para pelayat berdatangan untuk mendoakan Nanda semoga tenang di atas sana. Kematian Nanda menghebohkan satu sekolah bagaimana tidak mereka masih bertemu dengan Nanda di sekolah dan sekarang mereka mendapatkan kabar bahwa gadis cantik itu meninggal dunia. Elkasa sedang mengurus semuanya sedangkan Al duduk di sebelah mayat Nanda dengan tatapan kosong
Manda? Ia mengurung dirinya di kamar dan tak membiarkan kedua sahabatnya untuk masuk ke dalam padahal Valerie dan Rebecca ingin sekali menenangkan Manda tapi sayangnya sang pemilik kamar tak ingin membuka pintu kamarnya. Rebecca merasa kasihan dengan Manda bagaimana pun Nanda support sistemnya tapi sekarang ia telah pergi untuk selamanya
Rebecca mengetuk pintu kamar Manda dan berharap semoga Manda membukakan pintu namun hasilnya nihil. Valerie menjentikkan jarinya dan berjalan menuju dapur untuk mengambil kunci cadangan dan kenapa baru sekarang ia terpikirkan akan hal itu. Dengan cepat Valerie berlari namun tiba-tiba pintu terbuka dan nampak Manda yang terlihat sangat berantakan
"Lo kenapa?" Tanya Rebecca dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Manda
"Gue belum siap ke bawah." Sahut Manda dengan raut wajah yang terlihat sangat sedih
Rebecca mendudukkan tubuhnya di sebelah Manda dan memeluk tubuh sahabatnya dengan sangat erat Begitupun dengan Valerie yang baru saja masuk langsung memeluk mereka berdua. Valerie merasa kasihan dengan Manda tapi bagaimana pun ia harus mengikhlaskan kepergian kakaknya meskipun berat bagi Manda melepaskan Nanda untuk selamanya
"Lo harus kuat, Man." Ucap Valerie
"Gue nggak bisa, Val."
"Berusaha, kasihan nyokap sama bokap lo apalagi Al."
"KENAPA HARUS KAK NANDA YANG PERGI? KENAPA BUKAN GUE AJA? GUE MAU KAK NANDA KEMBALI!" Teriak Manda
Rebecca menangkup kedua pipi Manda dan menatap wajah cantik sahabatnya itu. "Tenangin diri lo jangan kayak gini terus, Man."
"Gue mau ke bawah." Ujar Manda. Ia beranjak dari kasurnya lalu berjalan keluar kamar menuju ruang tamu
Valerie dan Rebecca mengejar Manda sedangkan Manda menghentikan langkahnya saat melihat Rafa yang datang bersama dengan keluarganya tak lupa Ari dan Jordan datang juga untuk melayat jenazah kakaknya. Al menolehkan kepalanya saat Jordan menyuruhnya melihat ke samping
Manda melangkahkan kakinya dan seketika ia memeluk tubuh Al lalu menumpahkan semua tangisannya membuat Al tak kuasa menahan air matanya tapi ia harus kuat demi Vanessa dan Manda. Al mengelus rambut Manda membuat kembarannya itu terdiam hanya sesegukan yang ia dengar saja
"Al, kak Nanda tega ninggalin kita." Lirih Manda
"Kak Nanda nggak tega, Man, bagaimana pun akan tiba saatnya kita untuk pergi selamanya."
"Tapi kenapa harus kak Nanda? Di saat gue pengen lebih dekat sama kak Nanda tapi apa? Dia pergi duluan ninggalin gue."
"Kita sama-sama ikhlaskan kak Nanda."
Tiba-tiba Manda pingsan dan Citra menyuruh Rafa untuk membawa Manda ke kamar gadis itu karena Al tak bisa menggendong Manda karena sekarang tenaganya tak kuat setelah menangis terlalu banyak. Rafa pun menggendong Manda ala bridal style lalu berjalan menaiki anak tangga menuju kamar gadis itu. Sindy mengikuti sang kakak untuk membukakan pintu
Setelah Sindy membuka pintu Rafa melangkahkan kakinya menuju kasur Manda dan merebahkan gadis cantik itu. Sindy menutup pintu kamar lalu mengambil minyak kayu putih untuk di oleskan di hidung Manda. Sedangkan di bawah Valerie dan Rebecca menenangkan Vanessa yang tak hentinya memeluk mayat Nanda
Tak lama kemudian Elkasa datang setelah mengurus semuanya. Acara pemakaman Nanda akan di lakukan hari ini juga. Al tak ingin ikut ke kuburan namun Citra meyakinkan Al untuk pergi dan Manda biar dia saja yang jaga di sini bersama dengan kedua sahabat Manda dan juga ada Sindy yang menemani mereka
Al membantu sang bunda untuk berdiri dan berjalan keluar rumah menuju mobilnya yang nampak Jordan duduk di jok pengemudi. Di ruangan yang berbeda Manda tak kunjung membuka matanya padahal Sindy sudah memberikan minyak kayu putih tapi gadis itu belum sadarkan diri
"Gimana?" Tanya Rebecca yang baru saja masuk
"Belum sadar, kak." .
Saat ingin melangkahkan kakinya tiba-tiba Rebecca memegang dadanya dan berlari menuju kamar mandi dan Valerie tak mengerti kenapa sahabatnya seperti itu? Rebecca mengunci pintu kamar mandi dan menuangkan obat di atas telapak tangannya lalu menelannya tanpa bantuan air minum
"Lo harus kuat! Jangan kayak gini, lo nggak boleh lemah Rebecca!" Monolognya sambil memukul dadanya
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuat Rebecca langsung memasukkan botol obatnya ke dalam saku celananya tanpa ia sadari satu biji obatnya terjatuh karena tergesa-gesa saat mendengar ketukan pintu itu. Dengan cepat ia membasuh wajahnya lalu membuka pintu dan nampak Valerie yang berdiri di ambang pintu sambil menatapnya begitu tajam
"Ngapain lo natap gue kayak gitu?" Tanya Rebecca
"Lo habis apa di dalam?" Tanya Valerie balik
"Nghh, anu gue habis cuci kaki."
"Cuci kaki?" Beo Valerie
"Iya, cuci kaki soalnya tadi tuh kaki gue kotor jadi gue cuci."
"Lo nggak papa kan? Atau lo menyembunyikan sesuatu dari gue?"
"Gue baik-baik aja, lagian gue nggak menyembunyikan apa-apa."
Valerie menganggukkan kepalanya dan ia membalikkan badannya lalu melangkah ke kasur Manda. Sekitar lima menit kemudian Manda pun sadar dengan pelan ia mengerjapkan kedua matanya dan Sindy mengambilkan air minum untuk Manda sedangkan Rafa hanya menatap wajah Manda
"Gue kenapa ada di sini?" Tanya Manda
"Kamu tadi pingsan sayang jadi Rafa bawa kamu ke sini soalnya mereka yang lain udah ke kuburan." Sahut Citra
"Kak Nanda benar-benar pergi ninggalin aku, Tan?"
Citra menyuruh Rafa untuk minggir dan ia mendudukkan tubuhnya di sebelah Manda. Perlahan Citra mengelus rambut gadis itu. "Kita doain aja semoga Nanda tenang di atas sana."
"Aku masih nggak nyangka, Tan."
"Tante juga masih nggak nyangka kalau Nanda pergi secepat ini."
Manda menundukkan kepalanya dan menyeka air matanya dengan pelan lalu meneguk air yang di berikan oleh Sindy tadi. Setelah meneguk air minumnya Manda menarik laci mejanya mengingat ucapan terakhir Nanda bahwa ia menyimpan sebuah surat di dalam laci meja. Saat membuka laci itu nampak secarik kertas putih membuat Manda langsung mengambilnya
Hai Manda, mungkin kamu baca surat ini di saat kakak udah nggak ada lagi. Kaka cuman mau bilang kamu harus menjadi kebanggaan keluarga karena mereka Sekarang cuman punya kamu dan Al. Maafin kakak selama ini belum bisa jadi kakak yang terbaik buat kamu dan sampai kapanpun kakak masih sayang sama kamu, makasih juga karena kamu selalu mau mendengarkan curhatan kakak tentang dia. Kakak harap kamu bisa jaga diri baik-baik dan mendapatkan jodoh yang baik
Manda meletakkan surat itu di atas pahanya dan menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya berbeda dengan Rebecca yang mengambil surat itu dan membacanya seketika itu juga dadanya terasa sesak membawa pesan terakhir dari Nanda untuk Manda sebelum ia pergi
Manda tak bisa berkata-kata lagi setelah membaca surat Nanda yang membuat hatinya terasa sakit. Di saat seperti ini ia kehilangan sang kakak padahal mereka sudah berjanji bahwa tak ada boleh dari mereka satupun yang pergi terlebih dahulu tapi sekarang Nanda mengingkari janji itu dan pergi untuk selamanya membuat banyak orang merasa kehilangan begitu dalam
To be continued 👑
Jangan lupa untuk ninggalin jejak 💗
Follow Instagram
@stphnirvlncldy_
@Amandaraquela__
@RagaFalandra
@r3b3c444__
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafda||Perjodohan
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Kenapa lo mau menerima perjodohan ini?" -Amanda- "Sekalipun gue nolak mereka bakal tetap memaksa gue." "Tapi setidaknya mereka tahu kita menolaknya." "gue nggak mau di cap sebagai anak durhaka, kalaupun semuanya terjadi k...