"kamulah alasan kenapa aku sampai sekarang belum membuka hati"
-stepp-
Pagi-pagi sekali Rafa sudah bangun terlebih dahulu dan ia perlahan membangunkan Manda yang nampak sedang tertidur pulas sambil memeluk bonek Frozen milik Rafa. Sedangkan Arga perlahan mengerjapkan kedua matanya dan bocah kecil itu tersenyum lebar menatap Rafa yang kini sedang menatapnya. Arga mendudukkan tubuhnya lalu ia perlahan menuruni tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi.
Rafa menggoyangkan lengan Manda namun gadis itu tak kunjung membuka kedua matanya membuat Rafa mencipratkan air ke wajah Manda. Tak lama kemudian gadis itu terbangun dan memasang wajah datarnya saat melihat Rafa yang berada di sebelahnya dan di tangannya ada segelas air minum. Dengan cepat Manda mendudukkan tubuhnya dan mengumpulkan nyawanya yang belum terkumpul.
Gadis itu mengikat rambutnya sedangkan Rafa meletakkan kembali gelas yang ia pegang tadi di atas nakas. Sekitar tiga menit Arga berjalan keluar dan mengambil sajadah serta sarung. Manda melirik sekilas ke arah jam yang menunjukkan pukul setengah enam pagi dan Rafa bukannya mengambil air wudhu malahan ia duduk di atas kasur.
"Lo masih halangan?" Tanya Rafa
"Masih,"
"Oh gue kira lo udah selesai,"
"Sebenarnya gue udah selesai dari semalam cuman gue belum mandi wajib,"
"Oh gitu,"
Rafa beranjak dari kasurnya lalu berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Berbeda dengan Manda yang meneguk air minumnya setelah itu ia memutuskan untuk menyiapkan seragamnya dan juga seragam Rafa. Setelah itu ia akan memasak untuk sarapan mereka sebelum berangkat ke sekolah. Kali ini mereka tak mengantar Arga ke rumah Vanessa melainkan sang bunda yang datang ke sini.
Sekitar lima belas menit kemudian Manda telah selesai menyetrika dan gadis itu memutuskan untuk Mandi sebelum menyiapkan makanan. Saat hendak masuk ke dalam kamar mandi tiba-tiba keningnya terbentur di tembok membuat keningnya membiru. Dengan cepat ia berjalan masuk ke dalam kamar mandi mengingat waktunya tak terlalu banyak.
Berbeda dengan Rafa yang baru saja selesai sholat subuh dan ia melipat sajadahnya begitupun dengan Arga. Di lihatnya seragamnya sudah rapi di atas kasur, ia pun memutuskan untuk ke bawah dulu untuk melihat apakah adiknya itu sudah bangun atau tidak.
Di ruang tamu nampak Sindy yang sedang duduk manis sambil menikmati roti tawar yang telah ia buat tadi. Perlahan Rafa menuruni anak tangga dan menggenggam tangan Arga yang sedari tadi mengikutinya. Sindy yang menoleh ke arah tangga langsung memakan rotinya sebelum Arga datang dan menghabiskannya.
"Kak Rafa," panggil Sindy
"Kenapa?"
"Aku nggak mau ke sekolah dulu soalnya kepala aku sakit,"
"Ya udah,"
"Bang Afa, semalam 'kan Gaga lihat Indy pulang sama cowok lain bukan sama kakak Ali bangsat," adu Arga
"Apa yang di katakan Arga benar? Kamu pulang sama cowok lain?" Tanya Rafa.
Sindy menelan salivanya kasar. Bagiamana bisa adiknya itu mengetahui bahwa semalam ia pulang dengan temannya bukan bersama Ari. Gadis itu bingung mau menjawab apa saat melihat wajah Rafa begitu datar nan dingin. Jika ia jujur pasti Rafa akan memarahinya habis-habisan.
"JAWAB SINDY!" Bentak Rafa.
"A-anu k-kak si Arga bohong," ucapnya sedikit gugup
"Nggak mungkin, Sindy! Arga mana mungkin mau bohong, apa untungnya coba dia bohong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafda||Perjodohan
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Kenapa lo mau menerima perjodohan ini?" -Amanda- "Sekalipun gue nolak mereka bakal tetap memaksa gue." "Tapi setidaknya mereka tahu kita menolaknya." "gue nggak mau di cap sebagai anak durhaka, kalaupun semuanya terjadi k...