Mereka semua berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Rafa merangkul pundak Manda begitupun dengan Ari yang merangkul pundak Becca sedangkan Al dan Vale mereka tak bersampingan malahan Vale berdiri di samping Jordan. Sedari tadi gadis itu hanya berdiam diri saja dan tak mengucapkan apa-apa pun.
Marsya meminta tolong Manda untuk membukakan air mineralnya dan Manda mengambil botol itu dan membukakan Marsya. Dilihatnya botol minumnya sudah terbuka, gadis itu meneguknya hingga tandas membuat Manda mengelus pelan punggung gadis itu. Terlihat sangat jelas bahwa Marsya sangat kehausan buktinya ia meminum airnya dengan sekali teguk.
Tak lama kemudian mereka tiba di ruangan Arga dan di sana nampak Vanessa, Elkasa, dan Sindy. Satu persatu dari mereka menyalimi punggung tangan orangtua Manda dan mereka mendudukkan tubuh masing-masing di atas karpet sedangkan Manda mendudukkan tubuhnya di atas brankar sambil mengelus rambut Arga dengan sangat pelan. Jujur, ia sangat merindukan Arga yang selalu menggombalinya.
Butiran bening turun membasahi pipi Manda dan Vale menyodorkan tissue ke arah sahabatnya itu. Manda menolehkan kepalanya lalu mengambil tissue tersebut dan menyeka air matanya. Ia merindukan sosok Arga namun sampai sekarang bocah tengil nan jahil itu tak kunjung sadar dari komanya.
"Arga masih lama bangunnya?" Tanya Manda
"Kita berdoa saja semoga Arga cepat sadar," jawab Elkasa
Manda mengelus pelan rambut Arga. "Cepat bangun pangeran gombalnya Unti."
Sebuah kecupan singkat mendarat di kening Arga dan tak lama kemudian Manda memutuskan untuk duduk di bawah saja bersama dengan sahabat-sahabatnya. Di bawah sana, mereka menikmati gorengan yang baru saja di beli oleh Sindy. Saat melihat ada pisang goreng dengan cepat Manda mengambil tiga biji membuat Vale menggelengkan kepalanya dan mengambil satu dari tangan Manda.
"Pisang gue Valerie!"
"Satu doang kali, Man,"
"Nggak! Sini balikin!"
"Yaelah sama sahabat sendiri pelit banget,"
"Udah-udah, Manda kasih Vale satu aja lagian di tangan kamu ada tiga," larai Vanessa
"Nah dengar tuh apa yang di bilang bunda," ucap Vale
Manda memberikan satu biji pisang gorengnya dengan matanya yang menatap nanar gorengannya itu. Sebenarnya ia tak ikhlas namun ia juga tak mau membuat Vale marah jika tidak diberikan gorengan. Gadis dengan rambut yang di jedai itu mengambil minuman kalengnya namun ia sangat kesusahan membuat Al mengambilnya dari tangan Vale.
"Nih," ucap Al
"Makasih,"
"Hm,"
"Kalian ada masalah?" Tanya Vanessa
"Nggak," jawab Al dan Vale serempak
"Terus kalian kenapa menjauh?"
"Kita nggak menjauh kok Bun," ucap Vale
"Anak muda jaman sekarang kalau punya masalah pasti saling diem-dieman atau nggak cuek," celetuk Sindy
"Lo kayak bukan anak muda aja!" Ujar Manda
Sindy cengengesan dan memilih untuk merebahkan kepalanya di paha Vanessa dan kakinya ia letakkan di atas paha Rafa. Rafa memijat betis sang adik dan membuat Sindy merasa nikmat namun tiba-tiba Manda menarik tangan Rafa untuk pergi dari ruangan Arga dan Vanessa yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya.
Rafa tak mengerti dengan istrinya ralat mantan istrinya itu yang tiba-tiba mengajaknya entah kemana namun ia mendengar suara aneh dari perut Manda dan ia yakin pasti gadis itu lapar. Benar saja, Manda mengajaknya ke kantin rumah sakit namun kantinnya terlihat sangat sepi hanya ada dua orang saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafda||Perjodohan
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Kenapa lo mau menerima perjodohan ini?" -Amanda- "Sekalipun gue nolak mereka bakal tetap memaksa gue." "Tapi setidaknya mereka tahu kita menolaknya." "gue nggak mau di cap sebagai anak durhaka, kalaupun semuanya terjadi k...