Tak terasa malam pun tiba dan Manda merasa sangat bosan berada di dalam kamarnya terus menerus. Perlahan bumil itu menuruni tempat tidurnya lalu berjalan keluar kamar dan di ruang tamu nampak Rafa yang sedang tidur di atas sofa sambil memeluk guling milik Amanda.
Sebenarnya Manda merasa kasihan melihat suaminya seperti itu namun ia masih kesal mendengar jawaban-jawaban Rafa tadi yang sangat-sangat menyebalkan sekali. Rata-rata suami jika di suruh tidur di luar bakal berusaha membujuk istrinya tapi tidak dengan Rafa yang begitu senang.
Manda melangkahkan kakinya mendekati Rafa dan matanya melirik ke arah Jam dinding yang menunjukkan pukul enam lewat lima menit. Tangan putihnya menggoyangkan lengan sang suami dan tak lama kemudian Rafa mengerjapkan kedua matanya lalu menatap Manda dengan tatapan aneh.
"Ngapain ke sini?" Tanya Rafa.
"Lah kok ngegas? Salah kalau aku ke sini?"
"Nggak salah sih,"
"Bacot! Mending kamu pergi sholat gih,"
"Cie perhatian banget sama suaminya, emangnya udah nggak ngambek nih?"
"Aku masih ngambek ya sama kamu!"
Rafa menggelengkan kepalanya dan mengelus pelan rambut Manda. Manda yang mendapatkan perlakuan manis seperti itu oleh Rafa hanya bisa menahan pipinya agar tidak blushing. Jujur, ingin sekali Manda menggigit sang suami yang terkadang dingin dan juga terkadang hangat seperti ini.
"Mereka belum pulang?" Tanya Rafa sambil mencari keberadaan sang adik-adik.
"Belum kayaknya nginap di rumahnya bunda,"
"Alhamdulillah,"
"Lah kok kamu senang gitu?"
"Ya iyalah aku senang jadi 'kan aku bisa ngehabisin waktu berdua sama istri aku yang tercantik ini,"
"Nggak usah ngomong kayak gitu! Mending kamu siap-siap sholat habis itu kita makan,"
"Siap Bu bos,"
Manda beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan menuju dapur sedangkan Rafa kembali merebahkan tubuhnya kembali namun Manda melemparkan bungkusan cemilan ke arah Rafa. Baru beberapa jam ia beristirahat dan meninggalkan Rafa sendirian di ruang tamu, kini dapurnya seperti kapal pecah.
Tangannya di kepal erat dan memungut sampah-sampah yang berserakan dimana-mana sedangkan Rafa memilih untuk cepat-cepat masuk ke dalam kamar mandi daripada mendengar Manda berkicau seperti burung saja. Lagian tadi ia kelupaan membuang sampahnya.
"RAFA KALAU HABIS MAKAN SAMPAHNYA DIBUANG KE TEMPAT SAMPAH JANGAN DI SIMPAN KAYAK GINI!" Teriak Manda.
"Iya sayang tadi aku kelupaan,"
"ALASAN AJA TERUS! POKOKNYA HABIS ITU KAMU BERSIHKAN SEMUANYA TITIK!"
"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue?"
"OH GITU! OKE FINE, KAMU NGGAK AKU KASIH MAKAN SEMALAM,"
"Nggak peduli, lagian masih ada gopud atau nggak aku makan di luar aja,"
"Kamu ya benar-benar bikin aku naik darah,"
"Lah yang nyuruh darah kamu naik siapa?"
Cukup! Manda sudah tak tahan dengan semua respon Rafa yang membuatnya naik darah. Seketika terlintas di pikirannya untuk menjahili Rafa dengan cara membuatkan sang suami teh yang berisi Garam biar mulut suaminya itu bisa diam-diam sedikit daripada membuat Manda naik darah.
Dulu Rafa tidak pernah cerewet sama sekali malahan dulu dia orangnya sangat irit dalam berbicara tapi lihat sekarang, Olaf batunya sudah berubah seperti mama-mama tukang gosip yang berada di rumah sebelah. Sebelum itu, ia harus cepat-cepat memasak lalu membuat teh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafda||Perjodohan
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Kenapa lo mau menerima perjodohan ini?" -Amanda- "Sekalipun gue nolak mereka bakal tetap memaksa gue." "Tapi setidaknya mereka tahu kita menolaknya." "gue nggak mau di cap sebagai anak durhaka, kalaupun semuanya terjadi k...