Manda bersenandung kecil sambil memegang kotak makan yang berisi nasi goreng. Tadi waktu di rumah gadis itu diam-diam menyiapkan bekal untuk Rafa kalau sampai ketahuan oleh Al sudah di pastikan ia akan di ceramahi habis-habisan apalagi mulutnya Al sekali bicara nyelekit di ginjal.
Gadis itu berjalan dengan tampang petakilannya. Saat melewati kelas Tasya, perlahan ia mengambil batu dan melemparkannya ke arah jendela kelas. Untungnya kacanya tak pecah kalau sampai pecah pasti ia di suruh menggantinya. Saat hendak melangkahkan kakinya tiba-tiba Sindy berdiri di hadapannya sambil tersenyum manis.
Sindy memberikan Manda sebuah kotak yang entah apa isinya. Sedangkan tak jauh dari tempat Manda ada Cica yang mengepal tangannya erat saat melihat Sindy begitu baik kepada Manda tapi tidak dengan dirinya. Matanya memanas saat Sindy memeluk tubuh Manda dengan sangat erat.
"Makasih kak,"
"Sama-sama,"
"Jadi gimana?"
"Apanya yang gimana?"
"Nanti kakak bakal bicara sama Julian baik-baik,"
"Makasih banyak kak, Kak Manda emang paling the best deh nggak kayak si kuyang hobinya cuman cari masalah,"
"Kamu kembali ke kelas gih,"
Sindy mengangguk pelan dan ia membalikkan badannya lalu berjalan menuju kelasnya begitupun dengan Manda yang memutuskan untuk melanjutkan langkahnya menuju ruangan osis untuk memberikan Rafa nasi goreng buatan bundanya. Semoga saja Al tidak ada di sana kalau sampai ada entah apa yang akan di katakan kembarannya nanti.
Setibanya di ruangan osis nampak Rafa yang sedang mencatat sesuatu. Perlahan tangan Manda membuka pintu ruangan namun dengan sengaja Cica mendorong Manda membuat mereka terdorong ke depan. Rafa yang melihat kedua gadis itu langsung menghentikan tangannya menulis.
"Manda?" Beo Rafa
"Hai," sapa Manda
Saat Cica hendak mendudukkan tubuhnya di kursi yang berhadapan dengan Rafa tiba-tiba Manda menariknya dan langsung mendudukkan tubuhnya membuat Cica menggeram kesal. Lagi-lagi Manda mengambil tempatnya padahal ia duluan yang mengambil kursi itu bukan Manda tapi malahan gadis itu yang tanpa basa-basi mendudukkan tubuhnya.
"Kenapa, hm?"
"Aku bawa nasi goreng buatan aku,"
"Buatan kamu atau buatan bunda?"
Manda cengengesan mendengar ucapan Rafa. "Buatan bunda."
"Raf, jangan di makan soalnya nasi gorengnya Manda ada ulatnya," tuduh Cica
"Lo punya bukti apa?" Tanya Rafa
"Lihat aja,"
Manda menggelengkan kepalanya dan membuka kotak makanan yang ia bawa dan nasi gorengnya terlihat sangat rapi dan aromanya sangat wangi. Tak ada ulat di dalam kotak bekal itu. Sedangkan Cica mengigit bibir bawahnya sambil menatap wajah Rafa yang terlihat sangat datar dan dingin.
"Woi kuyang, kalau lo mau ngejatuhin gue di hadapan Rafa jangan kayak gini soalnya cara lo sampah dan murahan. Mirip kayak lo, murahan!"
"Nasi goreng gue jauh lebih higienis," ucap Cica
"Ya udah kita lihat aja nasi goreng punya lo,"
Cica menyodorkan kotak bekalnya ke arah Rafa dan terlihat jelas dari raut wajah Rafa yang sangat tak yakin dengan bekal Cica. Rafa membuka kotak bekal Cica dan seketika ia terkejut melihat kecoa yang masih hidup di tengah-tengah nasi goreng Cica. Manda diam-diam tersenyum jahil saat Rafa membuka kotak bekal yang di sodorkan oleh Cica tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafda||Perjodohan
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Kenapa lo mau menerima perjodohan ini?" -Amanda- "Sekalipun gue nolak mereka bakal tetap memaksa gue." "Tapi setidaknya mereka tahu kita menolaknya." "gue nggak mau di cap sebagai anak durhaka, kalaupun semuanya terjadi k...