Di pelajaran Matematika Peminatan Manda dan Vale memutuskan untuk tidur saja di banding harus mendengar Bu Sri menjelaskan di depan papan tulis. Becca yang melihat sahabatnya seperti itu hanya menggelengkan kepalanya saja. Capek? Ya, seperti itulah kedua sahabatnya terutama Manda yang sangat malas jika ada pelajaran matematika. Sedangkan Bu Sri belum menyadari Manda dan Vale sedangkan Cica memutar bola matanya malas.
Becca mengambil ponselnya dan memfoto materi yang di tuliskan oleh Bu Sri di depan papan tulis setelah itu ia mengirimkan di WhatsApp kedua sahabatnya. Sekitar lima belas menit kemudian Bu Sri memberikan soal di papan tulis membuat Becca menepuk pipi kedua sahabatnya namun mereka tak kunjung bangun juga.
Segi pun mencipratkan air ke wajah Manda dan Vale namun hasilnya juga sama kedua gadis itu tak bangun juga membuat Becca lama-lama depresi. Ia takut jika nanti salah satu dari mereka kedapatan tidur dan pasti akan di hukum juga. Sedangkan Cica sedang mengetik sesuatu di layar ponselnya. Entah apa yang ia ketik itu.
Tak lama kemudian bu Sri membalikkan badannya dan menatap setiap muridnya satu persatu. Matanya tertuju pada Manda dan Vale yang sepertinya tidak memperhatikannya sedari tadi menjelaskan. Bu Sri melangkahkan kakinya sedangkan Becca menendang betis Manda dengan sangat keras dan akhirnya gadis itu pun terbangun tapi tidak dengan Vale.
"Manda, kamu tidur?" Tanya Bu Sri
"Nggak Bu," kilah Manda
"Nggak bu! Dia itu tadi tidur!" Celetuk Cica
"Punya bukti apa lo, kuyang?" Becca menatap wajah Cica dengan sangat tajam
"Gue nggak punya bukti tapi dia sama Vale tidur,"
"Sudah-sudah! Cica kamu maju ke depan dan kerjakan sepuluh nomor semuanya sekalian juga cara kerjanya jangan lupa!" Pinta bu Sri
Seketika Cica membulatkan matanya saat Bu Sri menyuruhnya untuk pergi mengerjakan soal sebanyak itu di papan tulis padahal yang tidur itu Manda dan Vale bukan dia. Cica masih berdiam di kursinya dan Bu Sri menggebrak meja gadis itu membuat Cica seketika menangis membuat mereka semua tertawa terbahak-bahak.
"Ups, badan doang yang besar tapi pas di suruh maju nangis," sindir Segi
"Lah kok nangis? Malu mbak sama yang lain," timpal Eki
"Sudah-sudah! Cica ibu bilang maju ya maju! Ibu nggak butuh air mata buaya kamu!" Ucap Bu Sri
"Saya nggak tahu Bu," ujar Cica
"Nggak tahu gimana? Jadi kamu ngapain tadi ngapain aja Cica?"
"Suruh Manda aja, Bu,"
"Lah kok kamu yang atur saya? Kalau saya suruh kamu yang maju ya kamu! Maju atau nilai kamu merah?"
Cica dengan terpaksa beranjak dari tempatnya lalu berjalan menuju papan tulis sedangkan Bu Sri bertos ria dengan Manda. Di depan nampak Cica yang kelihatan sangat kesusahan untuk menjawab soal-soalnya. Ia bingung mau menjawab apa jika ia salah sudah di pastikan mereka semua akan mengejeknya terutama Manda dkk.
Bu Sri memukul papan dengan sangat keras menggunakan penggaris membuat Cica semakin ketakutan sedangkan di ambang pintu nampak Rafa datang bersama Kayla teman sekelas Rafa. Mereka datang dengan membawa buku tulis yang terlihat sangat banyak. Manda yang melihat Rafa seketika menundukkan kepalanya, ia harus terlihat kalem.
"Bu, nggak bisa Manda aja ya yang maju kerjain?"
"Bu Sri kan maunya lo yang maju bukan gue jadi selamat mengerjakan kuyang," celetuk Manda
"Diam lo!" Ucap Cica dengan nada sedikit meninggi
"Buruan Azizah! Kamu ini ulur waktu saja," Celetuk Bu Sri
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafda||Perjodohan
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Kenapa lo mau menerima perjodohan ini?" -Amanda- "Sekalipun gue nolak mereka bakal tetap memaksa gue." "Tapi setidaknya mereka tahu kita menolaknya." "gue nggak mau di cap sebagai anak durhaka, kalaupun semuanya terjadi k...