22.

3.7K 455 43
                                    

Mencintainya boleh tapi jangan pernah ingin mengambilnya dari Tuhannya, apakah bisa gelap dan terang bersatu?

-Stepp-

Pagi ini Manda bangun lebih cepat dari biasanya. Saat ini ia sedang menyiapkan pakaian yang akan mereka pakai di acara ulangtahun sekolah sebentar. Manda yang sedang asik menyetrika seketika menolehkan kepalanya ke arah pintu kamar mandi saat mendengar gemercik air dan sudah di pastikan yang berada di dalam adalah Rafa. 

Manda mempercepat menyeterika sebelum Arga bangun. Sebelum ke sekolah, mereka akan singgah ke rumah Manda untuk menitipkan Arga di sana. Vanessa sendiri yang meminta mereka untuk menitip Arga selama Manda, Rafa dan Sindy bersekolah. Tak lama kemudian gadis itu telah selesai dan saatnya ia mandi namun ia mengurungkan niatnya saat melihat ponselnya nganggur di atas nakas. 

Perlahan Manda berjalan menuju nakas lalu mengambil ponselnya sedangkan Arga masih tertidur pulas dengan memeluk guling milik Manda. Entah kenapa Arga lebih memilih memeluk guling Manda di banding guling Rafa. Selama Arga tidur bersama mereka, tak pernah Manda melihat Arga menyentuh guling kakaknya itu. 

Terdengar suara pintu terbuka dan nampak Rafa yang berdiri dengan handuk yang melilit di pinggangnya tak lupa rambutnya yang basah menambah ketampanan seorang Olaf batu. Manda mendongakkan kepalanya dan tercengang saat melihat Rafa seperti ini. Gadis itu menelan salivanya kasar, dengan cepat ia menggelengkan kepalanya.

"Ngapain lo?" Tanya Rafa 

"Gue nggak ngapa-ngapain," jawab Manda 

"Baju gue mana?"

"Di kasur Olaf batu," 

Rafa tak menjawab apa-apa dan Manda meletakkan kembali ponselnya di atas nakas lalu berlari menuju kamar mandi untuk melakukan ritualnya itu. Rafa mengambil pakaiannya yang telah di siapkan oleh istrinya tadi. Sekitar lima menit kemudian Arga terbangun dari tidurnya dan ia mencoba mengumpulkan seluruh nyawanya terlebih dahulu sebelum mencari Manda dan Sindy. 

"Abang Afa," panggil Arga 

Rafa yang mendengar suara adiknya itu langsung membalikkan badannya dan menatap Arga. "Apa?"

"Susu beluang, susu sapi, susu putih lebih enak," 

"Susu di mana-mana warna putih," 

"Ada yang walna blown sama pink," 

"Suka-suka lo," 

Pintu kamar mandi terbuka dan Manda melilitkan handuk di rambutnya sembari berjalan ke arah meja rias untuk memakai sedikit bedak agar wajahnya cerah walaupun sedikit. Gadis itu mendudukkan tubuhnya di kursi sambil memilih bedak yang mana akan ia gunakan. Sedangkan Arga tak hentinya memperhatikan Rafa. 

"Kakak Unti," panggil Arga 

"Kenapa?" Tanya Manda

"Kenapa sembilan bahasa Ingglisnya nine?" Tanya Arga balik 

"Nggak tau,"

"Soalnya mine itu kamu kiw kiw," 

Manda menggelengkan kepalanya mendengar gombalan Arga. Entah dari siapa bocah itu belajar karena Rafa tak pernah belajar gombal apalagi Sindy. Lama-lama Manda bisa gila jika di gombal seperti itu oleh Arga. Andaikan Rafa yang menggombalinya tidak apa-apa lah ini malah adik suaminya. 

"Lo pergi cuci muka sama sikat gigi!" Pinta Rafa ke sang adik

"Bang Afa nggak sholat?" 

"Udah,"

"Kak Manda?" 

"Nggak,"

"Kenapa?" 

"Palang merah,"

Rafda||PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang