Manda menggendong Arga dan di bantu oleh beberapa pengendara yang lainnya. Tak selang berapa detik kemudian ambulans pun datang dan mereka membawa Arga ke rumah sakit sekarang. Berbeda dengan Cica yang di bawa ke rumah sakit menggunakan mobil Elkasa. Di dalam ambulans, Manda di temani oleh Rafa dan Jordan.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit tak hentinya Manda menangis dalam dekapan Rafa. Andaikan ia merelakan Rafa sepenuhnya pasti ini semua tak akan pernah terjadi. Manda menyesalinya namun Rafa tak hentinya menguatkannya sedangkan Jordan merasa sangat sedih melihat Arga seperti ini.
Perlahan Jordan mengusap rambut Arga dengan sangat lembut. Sebuah butiran bening turun membasahi pipi Jordan namun seketika ia menyekanya menggunakan telapak tangannya. Jika nanti terjadi sesuatu kepada Arga, Jordan akan memberikan pelajaran kepada Cica yang setimpal jika gadis itu di berikan kesempatan untuk hidup. Jika nanti nyawa Cica tak tertolong berarti ini semua karma untuknya.
"Raf, ini semua gara-gara aku," ucap Manda
"Nggak, ini bukan salah kamu,"
"Andaikan aku mengikhlaskan kamu untuk Cica pasti ini semua nggak akan pernah terjadi,"
Rafa menggelengkan kepalanya dan menangkup kedua pipi Manda. "Ini sepenuhnya bukan salah kamu tapi ini semua salah Cica,"
"Aku yang salah," lirih Manda
"Ya Allah Amanda Raquela Chandra mantan istrinya olat batu, si Rapa kan udah bilang ini bukan salah lo," ucap Jordan yang terlihat sangat kesal
Sedangkan Manda dan Rafa terkejut mendengar ucapan Jordan itu. Jordan yang melihat raut wajah mereka hanya bisa menghela nafas berat. Apa dia salah bicara? Kalau iya, salahnya di mana? Jordan tak mengerti dengan mereka apalagi Manda yang terlihat sangat aneh padahal tadi gadis itu menangis.
"Kalian kenapa?" Tanya Jordan
"Lo kok bilang ya Allah?" Tanya Manda balik
"Suka-suka gue dong! Mulut-mulut gue bukan mulut kalian,"
"Lah kok lo nyolot si anjing!"
"Nama gue Jordan bukan anjing!"
"Sama aja Jordan gukgukguk,"
"Au ah malas bicara sama cewek," ucap Jordan
Tak lama kemudian mereka tiba di rumah sakit dan Arga langsung di tangani oleh dokter. Tadi waktu di ambulans salah satu perawat mengecek denyut nadi Arga namun sayangnya denyutnya semakin melemah. Di belakang brankar Arga nampak Cica dan terlihat Satria datang sendirian Sedangkan Roby ia sudah pergi ke London barusan.
Kasus Marsya sudah di tangani oleh Bu Sri dan besok Marsya di minta untuk ke sekolah. Sudah di pastikan pak Edi akan di penjara. Ari mendorong kursi roda Marsya ke arah ruangan di mana Arga sedang di tangani. Di depan pintu, nampak Manda yang tak hentinya mondar-mandir sambil bersedekap dada.
Gadis itu terlihat sangat sedih sama seperti Sindy yang menangis sejadi-jadinya dalam dekapan Vanessa. Ia tak ingin kehilangan Arga, cukup Citra yang pergi ninggalin mereka semua. Perlahan Rafa menepuk pundak Manda dan menatap wajah gadis itu dengan tatapan sendu. Manda harus kuat di hadapan Rafa apalagi Sindy namun matanya tak bisa berbohong. Terlihat jelas kesedihan dan penyesalan di mata Manda.
"Duduk yuk," ajak Rafa
"Aku mau nunggu Arga di sini,"
"Arga lagi di tangani sayang, mending kita duduk terus berdoa semoga Arga baik-baik aja,"
Manda mengangguk pelan dan mendudukkan tubuhnya di sebelah Vale. Sedangkan Becca menghampiri Sindy untuk mendengar secara jelas apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Cica ingin membawa Arga pergi dan berujung seperti ini? Vanessa pun menggeserkan tubuhnya dan membiarkan Becca duduk di sebelah Sindy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafda||Perjodohan
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Kenapa lo mau menerima perjodohan ini?" -Amanda- "Sekalipun gue nolak mereka bakal tetap memaksa gue." "Tapi setidaknya mereka tahu kita menolaknya." "gue nggak mau di cap sebagai anak durhaka, kalaupun semuanya terjadi k...