Citra di larikan ke rumah sakit terdekat dan Rafa mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi sehingga Manda tak hentinya bergumam serta mengumpat. Sedangkan di jok belakang ada Al dan Vale yang terlihat begitu tenang tak ada rasa takut sama sekali tak seperti Manda. Roby dan Fina pergi melarikan diri meskipun tadi sempat di tahan oleh Jordan dan Ari namun Roby tetap berhasil lolos.
Tak lama kemudian mereka tiba di rumah sakit dan nampak perawat datang dengan membawa brankar lalu Elkasa meletakkan Citra di atas brankar. Suster dengan rambut yang di urai memeriksa terlebih dahulu denyut nadi Citra membuat Rafa mencoba untuk lebih tenang dulu. Selang semenit suster itu menggelengkan kepalanya pertanda denyut nadi Citra sudah tak ada.
Manda menutup mulutnya tak percaya begitupun dengan Rafa dan kedua suster itu meminta izin ke mereka semua untuk membawa Citra ke ruang jenazah untuk di bersihkan. Waktu di perjalanan memang, wajah Fitra sudah pucat dan bibirnya membiru namun waktu itu Sindy tak mengecek denyut nadi mamanya. Rafa memukul tembok rumah sakit dengan sangat keras dan Manda menarik suaminya sebelum tangannya luka.
"Raf, udah ya jangan kayak gini kasihan Sindy," ucap Manda yang mencoba untuk menenangkan Rafa
"Dunia gue udah hancur! Mama pergi di saat Arga masih membutuhkan sosok ibu, ini semua terjadi gara-gara papa!"
"Gue tahu tapi kita mau ngapain? Kita bukan Tuhan yang bisa buat mama kembali lagi, mending kita berdoa semoga mama tenang di atas sana,"
"Nggak! Gue harus cari papa!"
Rafa tak mempedulikan ucapan istrinya. Ia pun berjalan meninggalkan Manda namun seketika Jordan, Ari dan Al menghalanginya. Sedangkan Sindy menangis dalam dekapan Vale. Ia masih tak menyangka bahwa mamanya sudah pergi dengan begitu cepat. Semua ini salah sang papa yang telah mengkhianati cinta mamanya.
Manda menarik tangan Rafa dan ia mendudukkan tubuh suaminya. Ingin rasanya Manda menceramahi suaminya panjang kali lebar. Mereka tak bisa mengulang waktu dan semuanya sudah terjadi begitu saja. Rafa mengacak-acak rambutnya frustasi, besok merupakan ulang tahun Mamanya tapi apa? Mamanya telah pergi.
"Udah lo jangan nangis malu sama Joni lo!" Manda menyeka air mata Rafa dengan pelan menggunakan tangannya
"Gue nggak tahu harus ngomong apa ke Arga,"
"Serahin sama gue,"
Tiba-tiba Sindy memeluk tubuh Rafa dan menumpahkan semua tangisannya dalam dekapan sang kakak. Rafa mencoba untuk tegar di hadapan Sindy. Perlahan Rafa mengelus rambut Sindy dan tangisan Sindy semakin kencang membuat Rafa tak bisa menahan air matanya.
"Mama tidur kan? Mama cuman tidur kan, kak? Bilang sama aku kalau mama cuman tidur?" Racau Sindy
"Nggak, mama udah pergi."
"Bang Rafa bohong! Mama cuman tidur, dia nggak nggak bakal ninggalin aku sama Arga,"
"Lo harus terima kenyataan kalau mama udah pergi,"
"NGGAK!" Teriak Sindy
-Rafda-
Di rumah Citra sudah ada beberapa pelayat yang datang dan tadi Manda, Vale dan Sindy pulang terlebih dahulu. Sedari tadi Sindy menatap kosong dan ia tak ingin makan sama sekali sedangkan Arga duduk manis di sebelah Manda. Arga tadi sempat menanyakan di mana ibunya namun Manda terpaksa untuk berbohong.
"Kakak Unti, mama masih lama nggak?" Tanya Arga
"Masih lama,"
"Aku mau makan tapi di suapin sama mama,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafda||Perjodohan
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Kenapa lo mau menerima perjodohan ini?" -Amanda- "Sekalipun gue nolak mereka bakal tetap memaksa gue." "Tapi setidaknya mereka tahu kita menolaknya." "gue nggak mau di cap sebagai anak durhaka, kalaupun semuanya terjadi k...