extra Part

3K 357 49
                                    

Enam belas tahun kemudian….

Enam belas tahun juga kepergian Rafa dan dunia Manda begitu hampa tanpa sosok sang suami. Namun ia sedikit semangat karena kehadiran kedua anak kembarnya, hanya itulah penyemangatnya termasuk Arga. Saat ini wanita cantik itu sedang berada di ruang tamu sambil mengerjakan beberapa data-datanya.

Jam menunjukkan pukul setengah tujuh dan entah kemana anak-anaknya. Biasanya jam segini si kembar sudah duduk manis sambil menikmati sarapannya tapi sekarang mereka tidak tau di mana keberadaannya. Manda mengambil ponselnya dan melihat sebuah notifikasi masuk ke dalam ponselnya dan nampak nama Al.

Sedangkan di atas tangga nampak seorang gadis cantik yang sedang menuruni anak tangga sambil mengunyah permen karet. Dengan barbarnya ia langsung melompat membuat kembarannya yang berada di belakangnya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah adiknya.

"HAI DUNIA TIPU-TIPU SEPERTI DIRINYA SI TUKANG TIPU!" Teriak gadis cantik yang bernama lengkap Naura Daniela Wijaya anak kedua Manda dan Rafa yang sifatnya sangat mirip dengan sang mama.

"Dek, nggak usah teriak-teriak," tegur Manda.

"Si mama kayak nggak pernah muda aja dan aku pasti mama juga pas waktu SMA suka teriak sana sini," ucap Naura.

"Nggak ya! Mama anaknya kalem andaikan papa kamu masih hidup dia bakal jadi saksinya bahwa mama kalian ini anaknya kalem dan tidak banyak gaya,"

"Terserah mama, aku ngalah aja sama janda anak dua,"

"NAURA!" Teriak Manda.

Sedangkan anak pertama Manda mendudukkan tubuhnya di sebelah sang mama sambil memperhatikan apa yang sedang di lakukan mamanya. "Ngapain?" Tanyanya seadanya.

"Ngecek keuangan emangnya kamu nggak tahu,"

"Nggak," ucap Alvarez Calandra Fazri Wijaya---anak pertama Manda yang kini merupakan ketua OSIS di sekolahnya dan sifatnya sama seperti Rafa termasuk dinginnya..

"Makanya sekali-sekali kamu ke perusahaan papa kamu,"

"Malas,"

"Ya Allah bang Ares dinginnya bikin aku gregetan," celetuk Naura.

"Diam!"

Manda menggelengkan kepalanya. "Apakah ini yang di bilang buah tidak akan jatuh dari pohonnya? Ini semua gara-gara Rafa kalau dia nggak dingin pasti Ares nggak kayak gini." Gumam Manda.

"Emangnya papa dingin?" Tanya Ares.

"Dingin pakai banget sampai-sampai mama julukin dia 'olaf batu' karena sifatnya yang dingin serta kepala batunya,"

Naura tanpa permisi langsung mendudukkan tubuhnya sambil memegang sebuah album foto yang sangat berat. Semalam ia menemukan album itu di bawah meja dan ia tak sempat melihat foto siapa-siapa saja ada di dalam sana. Mungkin ia akan meminta sang mama menjelaskannya nanti.

"Pantas aja bang Ares sifatnya kayak es balok...dingin,"

"Ma, terus orang yang nembak papa Gimana?" Tanya Ares.

Manda menghela nafas panjang. "Dia di penjara seumur hidup,"

"Kenapa bukan di hukum mati aja? Biar dia rasakan apa yang mama dan kita berdua rasakan?" Celetuk Naura.

"Mama nggak tahu, Nau, yang mengatur semua itu kakek kalian,"

"Mereka seharusnya minta di hukum mati aja dong, Ma, ini nggak adil masa nyawa nggak di bayar pakai nyawa?"

"Diam Naura! Semuanya udah terjadi" Tegur Ares.

"Iya-iya, setiap gue bicara pasti aja di tegur," gumam Naura.

Rafda||PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang