~Happy reading~
•
•
•Saat ini Felicia sedang duduk di sofa panjang yang ada di ruangannya, sofa itu terletak di samping jendela yang membuatnya bisa melihat keadaanan diluar. Jujur saja dirinya cukup bosan jika berdiam diri terus tanpa melakukan apapun. Yang ia lakukan hanya duduk, berbaring, makan buah, dan berakhir duduk di sofa.
Dari tadi Felicia tidak mengeluarkan suara sedikitpun yang membuat ruangan itu terasa sangat sepi dan tenang, ia hanya melamun memikirkan alur novel serta kejadian-kejadian penting yang bisa membahayakan keselamatan nya kapan saja.
Jika di ingat-ingat lagi, kejadian yang membuat Aurel asli harus berakhir di rumah sakit saat ini karena Aurel mendapatkan kekerasan fisik lagi dari ayahnya, hanya karena Aurel membuatkan teh untuk sang ayah dan berusaha mendekatkan diri pada ayahnya. Itu hanya hal sepele dan sudah membuat ayahnya sangat marah hingga berakhir melukai putrinya kembali, bagaimana jika Aurel melakukan hal yang besar? Bisa-bisa dirinya dibunuh saat itu juga.
Mengingat itu membuat Felicia menggeleng kan kepalanya kecil, dia tidak habis pikir dengan pola pikir Revano, bagaimana bisa seorang ayah menyalahkan putrinya sendiri yang baru lahir sebagai penyebab meninggalnya sang istri?
Felicia sadar jika kehilangan orang dicintainya pasti dirinya akan sedih dan murung. Namun bukan berarti dia akan menyalahkan orang lain sebagai pelakunya. Apalagi kepada bayi kecil yang sama sekali tidak bersalah, bahkan bayi itu belum bisa membuka matanya secara sempurna dan dia sudah disalahkan atas kematian ibu nya sendiri.
Katakan, anak mana yang mau disebut sebagai penyebab kematian ibu nya sendiri? Sebagai pembunuh? Tidak ada anak yang mau disebut seperti itu. Dan Aurel, mendapatkan sebutan itu hampir setiap hari, baik dari ayahnya ataupun dari para abang nya.
Ayah yang dia pikir akan memberikan dirinya kasih sayang lebih sebagai pengganti ibunya, malah memberikan luka fisik dan mental yang membekas pada dirinya. Para abang yang dia kira akan melindunginya dari bahaya dan memberikannya kasih sayang, malah menjadi salah satu penyebab luka dihatinya tak kunjung menghilang. Dirinya lelah, dia hanya butuh kasih sayang dan apakah sangat sulit untuk memberikan hal itu padanya?
Felicia meremas kuat dadanya saat merasakan nyeri di sana, seolah-olah dirinya juga merasakan bagaimana penderitaan Aurel selama hidup. Dadanya sesak saat mengingat bagaimana perjuangan Aurel untuk hidup di dunia yang kejam ini, walaupun ini hanyalah dunia novel.
Takdir membuat Aurel selalu menderita seakan-akan tidak memperbolehkan dia merasakan kebahagiaan. Aurel berjuang sendirian disaat tubuhnya lemah dan tak berdaya, dia akan duduk meringkuk di sudut ruangan dan menangis di sana. Setelah tenang dan cukup kuat, ia akan keluar kamar dan berjalan santai seolah dirinya baik-baik saja dan menutupi semua kesedihan nya dari orang lain, kecuali dengan satu orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurel's Life Transmigration ( END )
FantasyThis is my first story. So, aku minta maaf kalau ceritanya nggak sesuai dengan ekspetasi kalian. [ Kalian bisa baca bio ku dulu sebelum baca ceritanya ya. Setelah itu terserah kalian mau baca atau ngga. ] ~~~ Heart's Owner, sebuah novel yang saat i...