This is my first story. So, aku minta maaf kalau ceritanya nggak sesuai dengan ekspetasi kalian.
[ Kalian bisa baca bio ku dulu sebelum baca ceritanya ya. Setelah itu terserah kalian mau baca atau ngga. ]
~~~
Heart's Owner, sebuah novel yang saat i...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jadi, apa maksud omongan lo tadi?" Tanya Kenzo setelah mendudukkan diri di kursi yang ada di samping bangsal Aurel.
Di ruangan ini, hanya ada dirinya dan juga Aurel. Semua orang sudah pulang tepat pada jam dua siang. Sedangkan ia masih berada disini karena ia belum mendapatkan jawaban atas ucapan Aurel.
"Omongan yang mana? Hari ini gue banyak ngomong soalnya." Jawab Aurel dengan punggung yang setia menyender di kepala ranjang.
"Tentang motor lo yang disabotase."
Aurel mengangguk. "Oh, itu, motor gue memang disabotase, Ken."
"Sabotase gimana?"
Wajah Aurel sontak berubah datar saat kembali mengingat hari dimana dirinya kecelakaan, "rem motor gue dirusak. Padahal waktu pagi gue berangkat sekolah, rem nya baik-baik aja, giliran pulang, rem nya udah blong dan nggak bisa dipakai. Apalagi namanya kalau bukan sabotase?" Aurel meremas kuat seprai putih yang didudukinya, guna melampiaskan emosi.
Raut wajah Kenzo ikut berubah, giginya bergemelatuk dengan tangan yang terkepal erat di atas pahanya.
"Lo tau siapa pelakunya?"
Aurel menggeleng, "gue ga tau."
"Gue bakal berusaha semaksimal mungkin buat nyari pelakunya, lo tenang aja." Ucap Kenzo menenangkan. Tangannya berger.ak mengelus punggung tangan Aurel yang tergeletak didepannya.
Belum lama Kenzo mengusap tangannya, Aurel sudah menarik kembali tangannya dan menaruhnya di atas paha. "Terserah lo." Ucapnya lalu kembali memandang lurus ke depan. Menatap pintu kaca didepan sana dan berharap seseorang masuk lewat pintu itu.
Cukup lama keduanya terdiam, Aurel yang teringat akan sesuatu pun kembali bersuara.
"Ken, kenapa sikap lo berubah ke gue?
Kenzo menoleh, alisnya terangkat sejenak lalu mengangguk pelan. "Karena lo juga berubah."
"Maksudnya?"
"Lo udah berubah jadi perempuan yang lebih baik, itu yang buat sikap gue ikut berubah."
"Kenapa harus nunggu sikap gue berubah baru lo ikut berubah?"
"Entahlah, gue sendiri juga ga paham. Mungkin, cuma hal itu yang bisa bikin gue ngerasa kalau dia ada didekat gue."
Dahi Aurel mengernyit heran, siapa yang dimaksud oleh Kenzo?
