Epilog

47.2K 3.2K 183
                                    

Chapter ini agak panjang ya.
____________________________________________

~ Happy reading ~


"Rafaell?"

Felicia terdiam kaku ditempat. Pandangannya hanya tertuju pada satu titik. Tepat dimana dia melihat seseorang yang begitu mirip dengan Rafaell.

Laki-laki itu, ia berjalan di sebrang lapangan dengan menggunakan sebuah hoodie berwarna hitam, juga sebuah earphone yang terpasang di kedua telinganya. Laki-laki itu berjalan dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celana. Meskipun wajah laki-laki itu tidak terlalu terlihat karena jarak dan tudung hoodie yang dinaikkan, Felicia sangat tau dan mengenali postur tubuh Rafaell.

Merasa tidak ada pergerakan dibelakangnya, Raveline menolehkan kepalanya. Dan benar saja, Felicia berdiri dengan jarak yang sudah lumayan jauh dari dirinya. Gadis itu berdecak kasar sebelum akhirnya menyusul kembali Felicia.

"Heh! Lo ngapain malah diem disini? Udah bener-bener gue tarik tangan lo tadi, ayo ke kelas!" Omel Raveline dan kembali menarik pergelangan Felicia untuk mengikutinya. Namun gadis itu tak mau bergerak sedikitpun dari tempatnya.

Hal itu membuat Raveline kembali menoleh. "Feli, Ayo! Ngeliatin apaan sih? Fokus bener mata lo."

Mau tak mau Raveline pun mengikuti arah pandang Felicia. Setelah melihat objeknya, Raveline tercengang.

"Fel, lo sehat? Dari tadi lo diem disini cuma buat ngeliatin tu cowok? Yang bener aja!" Raveline kembali mengomel seraya menarik-narik pergelangan Felicia.

"Rav, lo tau siapa cowok itu?" Felicia justru bertanya tanpa menghiraukan Raveline disampingnya.

"Tau. Dia Rafaell. Salah satu anak basket."

Barulah Felicia menatap Raveline, "Lo tau kelasnya dimana?"

"Ngga tau gue, udah ayo! Nanti lagi bahas cowok itu, kita ke kelas dulu. Hari ini jam pertama pelajaran nya Bu Nia."

Felicia menghembuskan nafas kasar lalu mengangguk. "Ya udah, ayo."

Akhirnya, kedua orang itu berlari kecil menuju kelas mereka. Tentunya dengan Raveline yang setia menarik pergelangan tangan Felicia.

****

"Dari penjelasan sebelumnya, ada yang ingin ditanyakan?" Pertanyaan itu kembali terdengar.

Secara serempak para siswa menggeleng. "Ngga ada Bu."

Sang guru mengangguk. "Baik, ibu rasa cukup untuk penjelasan kali ini, kita bertemu di pertemuan selanjutnya. Terima kasih."

Waktu yang di nanti-nantikan oleh semua murid akhirnya tiba. Bertepatan dengan keluarnya guru tersebut, bel istirahat berbunyi.

Hampir sebagian besar siswa dikelas mulai pergi keluar. Begitupun dengan Raveline. Gadis itupun memilih menghampiri Felicia terlebih dahulu sebelum keluar.

"Oy! Kantin gak?" Ujarnya sembari menepuk pundak Felicia.

"Ga dulu, lo aja."

"Bener? Lo ga laper?"

Felicia menggeleng. "Ngga."

Raveline mengangguk dan kembali menepuk pundak Felicia. "Ya udah, gue duluan ya."

Aurel's Life Transmigration ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang