54. Lima puluh empat [END]

53.2K 3.5K 144
                                    


"Tidak semua pertemuan akan berakhir dengan kebersamaan."

~ Happy reading ~


Setelah terjadinya peristiwa penembakan dimalam itu, akhirnya keluarga Deandra kembali merasakan kehilangan untuk yang kedua kalinya.

Setelah merasakan kehilangan sosok wanita hebat yang menjadi madrasah pertama mereka, kini mereka kembali kehilangan sang bungsu yang bahkan belum sempat mereka buat bahagia.

Mereka semua begitu terpukul dengan kejadian tersebut. Dan Ares adalah orang yang terlihat sangat kehilangan.

Pemuda itu kini bak mayat hidup yang terus-menerus menatap kosong ke depan. Tidak ada setitik rasa semangat untuk terus hidup dari pandangannya.

Tidak berbeda jauh. Arthur, sang kakak tertua pun hampir sama kondisinya dengan Ares. Namun lelaki itu masih dapat mengatur tubuh dan pikirannya.

Dan di pagi hari ini, rumah keluarga Deandra penuh dengan banyaknya orang yang berkunjung untuk melayat. Bahkan kebanyakan dari mereka adalah teman-teman Aurel yang berasal dari Antariksa High School. Mereka mendengar kabar duka tersebut dari grup sekolah khusus informasi yang mereka buat.

Bahkan sebelumnya, banyak dari mereka yang tidak percaya dengan berita tersebut, tapi pada akhirnya mereka percaya setelah Ares sendiri yang membenarkan beritanya.

Menjauh sedikit dari para pelayat, di luar rumah tepatnya di taman samping terlihat seorang pemuda remaja yang duduk termenung dengan pandangan kosong.

Bisa kalian tebak, Rafaell lah orangnya.

Pemuda itu tidak beranjak sedikitpun dari tempat duduknya sejak peti jenazah milik Aurel tiba di rumah duka. Dirinya tak sanggup jika harus melihat wajah Aurel yang sudah terlihat damai. Mata yang selalu menatapnya itu kini sudah tertutup rapat dan tak akan pernah terbuka kembali untuk sekedar menatapnya.

Dia sadar akan hal itu.

Dan jika ia memaksa untuk masuk, maka dirinya sendiri tidak dapat menjamin jika ia tidak hilang kendali didalam sana. Ia tidak mau membuat keributan lagi.

Tubuh lelaki itu kembali bersandar di kursi. Kepalanya mendongak dengan tatapan lurus ke langit yang tampak sedikit mendung.

"Fel, udah nyampe belum?" Ia bertanya seraya menatap langit. Seolah langit lah yang akan menjawab semua pertanyaannya.

"Lo pergi duluan, gue ga suka."

"Gue bahkan belum sempat nepatin janji gue buat bawa lo keliling kota. Dan lo malah pergi."

"Ternyata, semesta itu jahat banget, ya?"

Rafaell tersenyum sendu dengan air mata yang kian menggenang di pelupuk matanya.

"Dia tau kalau lo itu dunia gue, tapi dia malah pisahin gue dari lo. Ga adil."

"Fel, Gue kangen."

Rafaell menutup matanya. Dadanya semakin terasa sesak jika harus kembali berbicara. Ia tidak sanggup.

Tak lama kemudian, terdengar suara seseorang yang kini sudah tak asing lagi baginya.

"Rafa,"

Pemuda itu membuka kedua matanya. Kepalanya menoleh dan mendapati Meisya berdiri tidak jauh darinya. Gadis dengan balutan baju berwarna hitam itu kini sedang menatapnya, namun ia tidak tau arti dari tatapan itu.

Aurel's Life Transmigration ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang