39. Tiga puluh sembilan

37.5K 3.8K 61
                                    

~Happy reading~


Didalam ruangan bernuansa putih abu-abu, terlihat ada dua orang wanita yang terpaut usia cukup jauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Didalam ruangan bernuansa putih abu-abu, terlihat ada dua orang wanita yang terpaut usia cukup jauh. Yang satu duduk di kursi putar, yang satu lagi duduk dihadapan wanita itu. Keduanya duduk berhadapan hanya dipisahkan oleh meja besar kepemilikan salah satu wanita itu.

"Jadi, bagaimana nyonya? Diterima?" Tanya sang wanita muda dengan posisi tangan menopang dagu.

"Tawaran yang cukup bagus, tapi bolehkah saya mengetahui alasan dibalik tawaranmu itu? Dan mengapa harus saya yang kau tawarkan?" Tanya balik wanita dihadapannya.

Wanita muda itu mengetuk-ngetuk bibirnya, lalu kembali menatap wanita setengah baya itu. "Singkat saja, karena tujuan kita sama. Sama-sama ingin menghancurkan Aurel. Anda menghancurkannya karena dendam, sementara saya karena ingin merebut Rafaell kembali. Jadi, saya pikir akan bagus jika kita berkerjasama." Ujarnya santai.

"Kau, memiliki hubungan dengannya?"

Wanita muda menggeleng, "Hanya sekedar tau wajahnya, saya tidak memiliki hubungan apapun. Lagipula saya hanya ingin merebut Rafaell kembali ke sisi saya." Ungkapnya lalu menyenderkan tubuh pada penopang kursi.

"Menarik. Ternyata ada orang lain juga yang berusaha untuk menjatuhkan gadis itu." Wanita yang sudah berumur itu kembali menatap perempuan dihadapannya, tak lama kemudian beberapa anggukan kepala ia berikan pertanda setuju. "Saya setuju dengan tawaranmu. Ngomong-ngomong, siapa namamu? Saya belum mengetahuinya."

Tubuh sang wanita muda kembali menegak, bibirnya menarik senyum simpul lalu mengulurkan tangan kanannya. "Saya Bianca, mantan pacar Rafaell. Senang bisa bekerjasama dengan anda, nyonya Hara."

Sementara Adhara, ibu dari Fania itu ikut mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan kanan Bianca. "Saya juga senang bisa bekerjasama denganmu, Bianca."

Keduanya kemudian secara bersamaan melepaskan jabat tangan mereka, lalu tak lama senyum licik terbit dibibir keduanya.

Dan akhirnya, pertemuan singkat antara Bianca dan Adhara berhasil menambah beban kehidupan Aurel di dunia novel ini.

****

Mata indah berbulu mata lentik itu perlahan terbuka, menampakkan netra biru muda yang terlihat sayu. Setelah beberapa saat mengumpulkan nyawa, gadis itu bangkit lalu menyandarkan tubuhnya yang masih lemas dikepala ranjang.

Bola matanya bergulir menatap setiap sudut ruangan tempat dirinya dirawat. Sepi. Tidak ada seorangpun disini. Bibirnya terangkat membentuk senyum kecil ketika melihatnya.

Inilah yang dia tunggu-tunggu sejak kemarin, hening dan senyap. Sungguh menenangkan bagi pasien sepertinya.

Gadis itu kembali mendatarkan ekspresinya lalu melirik sebuah gelas kaca berisikan air di atas nakas. Tangannya terulur mengambil gelas tersebut dan menggenggamnya.

Aurel's Life Transmigration ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang