This is my first story. So, aku minta maaf kalau ceritanya nggak sesuai dengan ekspetasi kalian.
[ Kalian bisa baca bio ku dulu sebelum baca ceritanya ya. Setelah itu terserah kalian mau baca atau ngga. ]
~~~
Heart's Owner, sebuah novel yang saat i...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lo abis nangis, Ares?"
Pertanyaan Kenzo sontak aja membuat mereka semua menatap Ares horor. Pasalnya, Ares ini tidak pernah menangis dihadapan mereka, entah dalam situasi apapun itu. Bahkan Gavin pernah menyebutkan jika air mata Ares sudah habis.
Gavin yang pertama kali sadar langsung saja tertawa, "hahaha anjir, Lo masih bisa nangis Res? Gue kira Lo udah kehabisan air mata" ucapnya sambil menghapus air mata yang menggenang di pelupuk matanya.
Vino yang masih berada di samping Ares ikut bertanya, "Lo beneran nangis? Wah, kira-kira kenapa nih" nadanya terdengar antusias.
Sedangkan Ares berdecak mendengar perkataan sahabatnya. "Sialan Lo Ken" umpatnya.
Kenzo sendiri hanya mengangkat bahu acuh dan kembali bermain handphone.
"Heh, cerita dong Res. Lo kenapa bisa nangis?" Vino bertanya kembali saat pertanyaan pertamanya tak dijawab.
Dan masih sama, Ares tidak menjawab sama sekali namun malah menyandarkan kepala dan memejamkan matanya, tanpa menghiraukan Vino yang sudah mengumpati dirinya karena diabaikan.
Gavin sendiri yang tadinya masih memakan kuaci miliknya dengan cepat menjentikkan jari seolah mendapatkan petunjuk.
"Gue tau nih, apa yang bikin Ares bisa sampe nangis gitu!" Serunya semangat dan menunjuk ke arah Ares.
Vino dengan cepat membalikkan badan dan melihat Gavin. "Apa, apa?" Tanya nya antusias
Gavin tersenyum misterius, "Aurel" satu kata yang diucapkannya berhasil membuat mereka semua menoleh padanya.
"Maksud Lo?" Nathan bertanya.
Gavin berdecak, "yaelah, gitu aja nggak tau. Si Ares nangis karena dia udah sadar sama kesalahan nya. Kan dia tadi abis ketemu sama Aurel dikamarnya tuh, nah mungkin aja dia abis di ceramahin sama Aurel. Secara kan, Aurel udah berubah dari kemarin" jelasnya panjang lebar.
Mereka semua mengangguk paham dan terkekeh geli saat melihat Ares yang sedang memelototi Gavin. Seakan-akan arti dari tatapan nya ialah 'sialan Lo Gavin, kenapa dibongkar goblok!', sedangkan Gavin hanya cuek.
Nathan mengangkat tangannya dan melihat arloji yang menunjukkan pukul sebelas siang. Ia harus ada dirumahnya sebelum pukul dua belas siang, karena tadi Mama nya sudah mengingatkan jika ia akan sampai saat dirumahnya sekitar pukul dua belas. Mama nya itu baru sampai di bandara dan dalam perjalanan pulang dari liburan bersama Papa nya di Bali.
"Gue balik duluan" ucapnya berpamitan dan menyambar jaket miliknya yang berada di sofa.