This is my first story. So, aku minta maaf kalau ceritanya nggak sesuai dengan ekspetasi kalian.
[ Kalian bisa baca bio ku dulu sebelum baca ceritanya ya. Setelah itu terserah kalian mau baca atau ngga. ]
~~~
Heart's Owner, sebuah novel yang saat i...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi ini, seorang gadis cantik yang sudah memakai seragam lengkap itu terlihat termenung di balkon kamarnya. Lagi dan lagi dirinya harus kembali memikirkan berbagai hal yang tidak diketahui olehnya. Berbagai pertanyaan mulai bersarang di kepalanya, membuat kepalanya terasa berat dan pusing.
Gadis yang tak lain adalah Aurel itu sudah bangun sejak pukul 05.30 AM. Dirinya terbangun karena ia bermimpi, entah bisa dibilang mimpi buruk atau baik, dia tidak tahu.
Didalam mimpinya, Aurel mendengar suara milik Aurel asli yang meminta kepadanya untuk memaafkan kesalahan keluarga Aurel asli. Dia tidak melihat apapun, hanya mendengar suaranya.
Helaan nafas keluar dari mulutnya. Kini ia bisa menyimpulkan bahwa Aurel asli sudah memberikan hak untuk memaafkan keluarganya kepada dirinya sekarang. Tapi, ia tidak akan memaafkan mereka semudah itu. Mereka harus merasakan apa itu penyesalan, baru ia bisa memaafkan mereka.
Pikirannya kini beralih pada ending novel. Jika kejadian di novel akan benar-benar terjadi, maka waktunya di dunia ini hanya tinggal empat bulan lagi. Itu artinya, ia hanya memiliki waktu empat bulan untuk mengubah sudut pandang orang-orang terhadap Aurel. Tempat kematiannya sendiri berada di jalanan sepi yang berada di pinggir hutan belantara. Jika mengikuti novel, ia akan mati tepat dihari ulang tahun Fania yang kedelapan belas tahun. Tentunya mati ditangan Rafaell, antagonis pria yang kejam dan berhati dingin.
Lamunannya buyar dikala ia mendengar ketukan pintu dari luar kamarnya. Ia lalu berjalan meninggalkan balkon dan memasuki kamar.
Ketika pintu terbuka, bisa dia lihat Ares yang sedang berdiri disana dengan kedua tangannya berada didalam saku.
"Kenapa?" Aurel bertanya disaat Ares tak kunjung bicara.
"Disuruh sarapan sama bang Arthur, dia udah nunggu dimeja makan"
Aurel mengangguk, ia lalu kembali masuk ke kamar dan tak berselang lama ia keluar dari sana dengan tas kecil di bahunya. Sebelum beranjak, Aurel mengunci pintu kamarnya terlebih dahulu dan menaruh kunci itu di saku bajunya.
Setelah itu keduanya turun ke bawah bersama. Saat sampai, bisa Aurel lihat dimeja makan sudah ada Arthur yang duduk disana.
Tanpa disuruh lagi, Aurel dan Ares langsung duduk bersampingan, dan itu membuat Arthur sedikit heran. Pasalnya ia tau bahwa Ares tidak akan pernah mau duduk bersampingan dengan Aurel, bahkan setelah dipaksa pun ia tetap tidak sudi.
"Sejak kapan Lo mau duduk di samping Aurel?" Arthur bertanya.
Ares yang hendak memulai sarapan pun terpaksa berhenti. Matanya menatap sengit pada kakaknya. "Apa urusannya sama Lo?"