46. Empat puluh enam

41.5K 3.5K 61
                                        

~Happy reading~


Sesuai permintaan Gavin saat di kantin, kini Aurel sedang berjalan menuju taman belakang sekolah setelah bel pulang berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai permintaan Gavin saat di kantin, kini Aurel sedang berjalan menuju taman belakang sekolah setelah bel pulang berbunyi. Dengan tas ransel dipundak kiri serta tangan kanan yang menggenggam susu kotak, kakinya terus melangkah hingga taman sekolah pun terlihat tak jauh disana.

Tidak butuh waktu lama Aurel pun sampai di taman. Terlihat ada seorang lelaki remaja yang duduk di kursi panjang berwarna coklat. Kakinya kembali melangkah mendekati pemuda itu.

"Gavin," panggil Aurel dan pemuda itupun menoleh. Dia tersenyum tipis lalu menepuk tempat disampingnya.

"Sini duduk."

Aurel mengangguk pelan, ia mendekat dan setelahnya ia duduk di samping Gavin. Wajahnya kini menoleh ke kiri, "Langsung aja ke inti, cepat jelasin hubungan lo sama gue."

Gavin terkekeh kecil, "Lo nggak suka basa-basi ternyata ya. Oke, gue langsung jelasin aja." Gavin menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya perlahan.

Wajahnya menatap Aurel dengan pandangan teduh yang terkesan menenangkan. "Dulu, waktu umur gue tujuh tahun dan umur lo mungkin sekitar lima tahun, lo pernah ngajak gue sahabatan." Ujar Gavin memulai cerita.

"Gue? Ngajak lo sahabatan? Emang kita pernah ketemu?" Tanya Aurel heran. Karena baik dari segi alur novel, serta masa lalu tokoh Aurel yang diketahuinya, tak pernah ada yang menyebutkan jika Aurel pernah bersahabat dengan Gavin.

"Denger dulu, lo ini seneng bener motong omongan orang. Waktu itu gue masih tinggal satu daerah sama lo, mungkin sekitar dua atau tiga rumah di samping lo. Yang gue dengar-dengar saat itu tuh, lo jarang keluar rumah kalau ngga ada perlunya, jadi gue ga bisa kenalan sama lo."

"Sampai satu hari dimana gue lagi main di danau yang ngga jauh dari sana, gue ketemu sama lo. Meskipun pertemuannya tuh agak kurang tepat menurut gue." Gavin menurunkan nada bicaranya pada akhir kalimat diikuti tangannya yang menggaruk leher bagian belakangnya padahal tak terasa gatal sama sekali.

Melihat Gavin, Aurel pun menatap heran lelaki itu. "Kurang tepat gimana?" Tanyanya lagi. Selagi dirinya fokus mendengarkan cerita Gavin, mulutnya malah sibuk menyeruput susu kotak ditangannya.

Gavin kembali menatap Aurel, kepalanya sedikit menggeleng mengingat betapa memalukannya dirinya saat itu.

Flashback.

Seorang anak laki-laki berumur tujuh tahun terlihat berdiri tak jauh dari sisi danau biru yang cukup dalam untuk anak seumurannya.

Aurel's Life Transmigration ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang