16. Enam belas

87.5K 8.3K 292
                                    

~Happy reading~


Aurel dan Ares kini sudah sampai di halaman rumah, tanpa menghiraukan Ares yang masih memarkirkan motornya, Aurel langsung melenggang masuk ke dalam rumah.

Saat tiba didalam, ia melihat keadaan rumah yang cukup sepi. Ngomong-ngomong, Bi Asih saat ini sedang pulang ke kampung halamannya karena adik nya masuk rumah sakit. Bi Asih tidak memberitahu dirinya namun memberitahu Revano. Itulah sebabnya mengapa ia tidak melihat Bi Asih kemarin.

Ketika Aurel hendak menaiki tangga, suara seseorang membuat langkahnya terhenti.

"Tidak sopan"

Gadis itu membalikkan tubuhnya dan melihat seorang lelaki dewasa yang sedang bersidekap dada sambil menatapnya. Aurel mengangkat sebelah alisnya.

"Lo siapa?"

"Dia bang Arthur, Aurel" Ares menyahut dari pintu dengan tas di bahu kanan nya.

Aurel mengangguk pelan, "jadi dia anak pertama di rumah ini?"

"Jangan panggil dia kaya gitu, Aurel. Seenggaknya Lo harus sopan didepan orang yang lebih tua"

"Hm, jangan sok ngajarin gue kalau diri Lo sendiri belum bener. Lagipula gue harus manggil dia apa? Abang? Kakak? Sekarang gue tanya, apa pernah Lo semua nganggep gue adik? Nggak pernah kan" matanya menatap dingin pada Ares dan Arthur.

"Jadi, buat apa gue nganggep kalian kakak sedangkan kalian aja nggak pernah ngangep gue adik. Jangan kebanyakan halu"  gadis itu melanjutkan kembali langkahnya menuju kamar setelah mengeluarkan kata-kata yang dirasa cukup menampar hati itu.

Gadis itu tak menghiraukan keadaan Ares dan Arthur yang masih mematung ketika mendengar ucapannya. Karena hal itu memang kenyataannya.

"Ada apa dengan Aurel?" Nada bicara yang dikeluarkan Arthur terdengar menuntut.

Ares menghela nafas pelan, ia harus menjelaskan pada kakaknya ini tentang keadaan Aurel.

"Aurel divonis amnesia ringan oleh dokter saat terakhir kali dia masuk rumah sakit" Ares menjelaskan secara singkat.

"Kenapa bisa begitu?"

"Entahlah, sepertinya Papa terlalu keras memukul kepalanya"

"Lalu, kenapa sikapnya berubah seperti itu?"

Ares memandang sengit pada Arthur. Kenapa kakaknya ini jadi banyak tanya seperti ini?

Pemuda itu mengangkat bahunya, "entah, sikapnya berubah setelah dia bangun dari koma"

"Koma? Apa separah itu?" Arthur kembali melayangkan pertanyaan.

"Mana kutahu bodoh! Kau tanyakan saja pada dokter yang menanganinya jika ingin tau parah atau tidak nya" Ares melenggang pergi dari sana, meninggalkan Arthur yang terdiam ditempat.

"Aku kan hanya bertanya, apa salahku?" Celetuknya pelan.

***

Seorang gadis cantik terlihat sedang duduk di meja belajarnya, tangannya terus bergerak di atas buku. Gadis yang tak lain adalah Aurel itu kini tengah mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya sebelum pulang tadi.

Aurel's Life Transmigration ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang