43. Empat puluh tiga

44.1K 3.8K 73
                                        

~Happy reading~


"Jadi? Gue boleh dateng ke rumah lo?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi? Gue boleh dateng ke rumah lo?"

"Boleh, asal jangan terlalu siang."

"Oke, siap. Gue otw ke sana."

Tutt..

Sambungan telepon dimatikan sepihak oleh seseorang diseberang sana. Membuat gadis yang kini masih duduk di atas kasur itu mendengus malas.

"Ngga ada sopan-sopan nya sama sekali, minimal salam gitu." Ujarnya lalu meletakkan ponselnya di atas bantal.

Tubuhnya lalu kembali bersandar pada headboard dengan mata yang mulai ikut terpejam. Tenang sekali rasanya saat bisa sendirian didalam ruangan yang sepi. Sudah terlalu banyak masalah yang hadir didalam takdir kehidupannya, membuat hidup yang semula tenang dan nyaman, kini berubah kacau dan berantakan.

Tak pernah sekalipun terlintas dalam benaknya jika dirinya akan masuk kedalam dunia novel, dunia yang penuh dengan seribu misteri dan rahasia yang tak pernah diungkapkan oleh sang penulis kepada para pembacanya. Suatu kejadian mustahil yang jauh dari nalar manusia.

Tok tok tok

Mata dengan bulu mata lentik itu perlahan terbuka. Menampilkan netra biru muda yang tenang. Kepalanya tertoleh menghadap pintu.

"Masuk!" Teriaknya agar seseorang dibalik pintu mendengar.

Tak lama setelah itu pintu pun terbuka. Memunculkan sosok Ares yang berjalan masuk kedalam kamar. Melihat kemunculan sosok yang tidak diundang dan sangat tidak diinginkannya, membuat Aurel mengangkat satu alisnya.

"Ngapain?" Tanyanya dengan nada tak bersahabat.

Mendengar pertanyaan Aurel, membuat Ares menghentikan langkahnya yang hanya tinggal beberapa langkah dari kasur gadis itu. Laki-laki itu menggaruk tengkuknya sejenak. Saat ini, rasanya sedikit canggung baginya untuk berbicara dengan Aurel. Mengingat betapa jarangnya mereka berinteraksi selama enam belas tahun.

"Itu, kakak kesini mau ngasih tau kamu, ada temen kamu dibawah, katanya dia kesini mau jenguk kamu. Udah ngabarin kamu juga katanya." Ujarnya sesantai mungkin. Tangan laki-laki itu ia istirahatkan dibelakang tubuhnya dengan jari jemari yang sedikit gemetaran.

"Meisya?" Tanya Aurel lagi.

Ares menggeleng, "Kakak nggak tau namanya, tapi yang pasti rambutnya pendek warna coklat." Ucapnya menjelaskan sesingkat mungkin.

Aurel's Life Transmigration ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang