19. Sembilan belas

72.1K 7.1K 187
                                    

~Happy reading~


~Happy reading~•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PLAK

Tamparan itu menghasilkan suara yang keras, membuat beberapa murid menoleh pada mereka.

Sedangkan Aurel masih menutup matanya setelah menerima tamparan itu, ia menghirup udara dan membuangnya, begitu terus hingga dirasa emosinya sudah stabil. Jujur, ini pertama kalinya ia ditampar seperti ini, apalagi didepan umum. Karena saat ia masih berada di dunianya dulu, keluarga nya begitu menyayangi dirinya. Mereka bahkan sudah membuat janji jika mereka tidak akan pernah bermain fisik kepada anak-anaknya, baik itu perempuan ataupun laki-laki. Apalagi, ia adalah satu-satunya keturunan perempuan yang lahir di keluarga besarnya. Jelas saja mereka sangat menyayangi dan tidak akan pernah membiarkan dirinya terluka sedikitpun. Baik fisik maupun mental.

Aurel membuka matanya, netra berwarna biru muda itu menyorot dingin kedepan. Kepalanya menoleh ke arah seseorang yang menamparnya. Saat itu juga rahangnya mengeras, tanda jika ia benar-benar marah.

Gadis itu berdiri, telunjuknya mengarah tepat pada wajah seseorang itu. "Maksud Lo nampar gue apa? Hah!" Dadanya naik turun menahan emosi.

"Lo pantas gue tampar, Aurel!!" Jawab orang itu dengan tangan yang ikut menunjuk ke wajah Aurel.

"Hal apa yang bikin gue pantas untuk ditampar? Nathan" nada Aurel kini merendah. Dan itu berhasil membuat atmosfer di sekeliling mereka berubah. Keadaan semakin hening.

"Lo udah keterlaluan! Harus berapa kali gue bilang sama Lo, jangan pernah ngebully Fania lagi, Aurel!" Suara lantang Nathan terdengar jelas diseluruh penjuru kantin. "Apapun yang Lo lakuin, nggak akan pernah bisa bikin gue kembali sama Lo! Ingat hal itu di otak Lo yang kecil ini!"

Rahang Aurel kembali mengeras, "gue nggak pernah ngebully Fania lagi, Nathan!" Sentak nya sambil menepis kasar tangan milik Nathan yang berada didepannya.

"Ngga usah kebanyakan alasan Lo! Siapa lagi yang mau ngebully Fania kecuali Lo, Aurel! Lo itu benar-benar iblis berkedok manusia!"

"Bukan gue pelakunya" desis Aurel.

"Kalau bukan Lo siapa lagi? Hah!"

"Seharusnya Lo tanya sama Fania, siapa yang ngebully dia! Bodoh!"

"Nggak perlu gue tanya, pelakunya udah pasti Lo, Aurel!"

"STOP KAK!" teriakkan dari pintu masuk kantin itu mengalihkan atensi mereka. Fania yang baru masuk itu langsung berlari menuju Nathan.

Saat sampai, mata Fania tertuju pada pipi kanan Aurel yang memerah. Tangannya mengepal. Ia mendongak menatap Nathan, "apa yang kakak lakuin ke Aurel?"

Aurel's Life Transmigration ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang