52. Lima puluh dua

45.5K 3.5K 106
                                        

~ Happy reading ~


Dan yang pertama kali mereka lihat setelah sampai ditempat asal suara adalah, Rafaell yang sedang menodongkan pistol miliknya tepat ke arah dahi seorang gadis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan yang pertama kali mereka lihat setelah sampai ditempat asal suara adalah, Rafaell yang sedang menodongkan pistol miliknya tepat ke arah dahi seorang gadis.

"Shtt, tu cewe siapa?" tanya Vino dengan nada berbisik pada Gavin disampingnya.

Sedangkan orang yang ditanya hanya bisa mengangkat bahunya. "Gue juga ga tau." timpalnya. Dirinya sendiripun tidak bisa melihat dengan jelas siapa gadis yang kini berada dibelakang Aurel itu, karena terhalang oleh Nathan, Kenzo, dan Fania yang ada didepannya.

"Rafaell!" Fania berteriak memanggil nama pemuda itu, dan bukan hanya Rafaell yang menoleh, melainkan Aurel dan Bianca pun ikut menoleh.

"Cih, bawa rombongan ternyata." Gumam Bianca seraya memberikan tatapan sinis pada kelima inti Laverious dan Fania yang berdiri di ambang pintu.

Sementara dibawahnya, Aurel hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia hanya bisa memperhatikan mereka semua dengan hati yang terus-menerus mengomel.

"Seenggaknya lepasin dulu kek nih lakban, ga ada akhlak banget ni tante-tante satu. Ga tau mulut gue engap apa?" Yah, kira-kira seperti itulah segelintir kalimat yang merembet didalam batinnya.

"Kamu bukannya cewe yang diundang Mama aku ke pesta kan? Kenapa kamu disini? DAN TURUNIN PISAU KAMU ITU!" Pertanyaan Fania itu ia akhiri dengan sebuah teriakan sekaligus perintah yang ia berikan bagi Bianca.

"Kalau gue ga mau, gimana? Nyawa temen lo ada di tangan gue, Fania." Ujar Bianca dengan satu alis terangkat.

Ctek.

Suara tombol lampu yang digerakkan membuat semua orang menoleh.

"Ngapain ngeliatin gue kaya gitu? Gue cuma ngidupin lampu njir, bukan bunuh orang." Ucap Gavin saat semua arah mata tertuju pada dirinya.

"Loh, lampunya bisa nyala?" Tanya Fania dan diangguki Gavin.

"Awalnya iseng doang, eh ga taunya nyala beneran."

"Kenapa ga dari tadi aja ya ampun, jadikan ga harus gelap-gelapan gini."

"Malah ngobrol lagi lo berdua." Tegur Ares yang berdiri diantara keduanya.

Mereka yang sebelumnya berdiri di ambang pintu pun langsung memasuki ruangan yang terlihat lusuh dan kotor di lantai bangunannya.

"Sekali lagi gue peringatin, jauhin pisau lo dari Aurel." Ujar Rafaell yang kembali membuka suara.

"Ga! Gue ga sebodoh itu buat lepasin nih cewe gitu aja." Tolak Bianca dan malah semakin mendekatkan pisau tajam itu pada leher Aurel.

Keadaan hening. Bianca yang kini masih terfokus menatap Rafaell tak sadar jika ada satu orang yang berjalan memutar dan mendekati dirinya dari belakang.

Aurel's Life Transmigration ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang