Ekstra chapter

39.2K 3.3K 252
                                    


Permisi, pesanan ekstra chapter datang~
____________________________________________

~ Happy reading ~


Dua Minggu berlalu. Kini keadaan Felicia sudah lebih membaik dari setelah dirinya bangun. Kakinya pun kini sudah bisa ia gerakkan.

Dan sekarang, Felicia sedang kedatangan tamu di kamarnya.

"Gimana keadaan lo sekarang? Udah baikan belum?"

Felicia mengangguk, "Lumayan, sekarang udah ada kemajuan."

Sang tamu itu mengangguk pelan. Ia menarik kursi tunggu di belakangnya lalu duduk tepat di samping Felicia.

"Kira-kira, kapan lo pulang?"

"Gue maunya beberapa hari lagi. Tenang aja, gue disini ga lama. Bentar lagi juga pulang."

"Baguslah, gue harap lo bener-bener bisa cepat pulang. Gue bosen duduk sendiri di sekolah."

Felicia tersenyum kecil. "Bukannya lo sering bilang bosen kalau duduk deket gue? Karena gue jarang buka obrolan kalau di sekolah."

Melihat wajah Felicia dengan tampang mengejek, seseorang itu lantas menepuk kuat lengan Felicia. "Gue bercanda! Gue ga pernah dan ga akan pernah bosan duduk sama lo. Cuma lo satu-satunya orang yang se frekuensi sama gue."

Melihat wajah temannya yang kesal membuat Felicia tertawa kecil. "Iya, gue tau tanpa harus lo jelasin, Rav."

Sementara temannya itu hanya bisa mendengus malas. Ia lalu mengeluarkan sebuah kotak berwarna hitam dari tasnya dan menyodorkan benda tersebut kepada Felicia.

"Apa ini?" Felicia bertanya setelah mengambil kotaknya.

"Bom."

Felicia langsung menaikkan pandangannya. "Lo gila? Mau bunuh gue?"

"Canda. Buka aja, ga akan ada bom."

Sebelum benar-benar membuka kotak itu, Felicia memicingkan matanya curiga pada teman satu-satunya ini. Dan saat ingin membuka kotak tersebut.

"Isinya nuklir."

"Revaline!"

Gadis bernama Revaline itu lantas tertawa kencang. Sungguh senang rasanya saat melihat wajah Felicia yang terlihat kesal. Suatu momen langka.

"Oke oke, tenang, gue bercanda. Ga mungkin isinya nuklir."

Felicia berdecak malas sebelum akhirnya membuka kotak berukuran sedang itu.

Ternyata, kotak itu berisikan beberapa butir coklat kesukaannya. Dan didalamnya juga terdapat sebuah kalung. Kalung itu memiliki bandul kecil berbentuk bulan sabit, dengan hiasan ditengahnya. Hiasan berbentuk bulat itu berwarna biru, dan dapat bersinar di dalam kegelapan.

Tatapan Felicia lantas beralih. Menatap Revaline yang kini tersenyum tipis menatapnya.

"Gimana? Suka?"

Pertanyaan itupun dibalas anggukan. "Suka, banget."

Senyum Revaline semakin terlihat. "Syukur kalau lo suka. Tenang aja, gue udah tanya sama dokter Naya, katanya lo udah boleh makan coklat. Asal jangan kebanyakan."

Aurel's Life Transmigration ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang