25. Dua puluh lima

58.8K 5.4K 105
                                    

~Happy reading~


Disebuah cafe bernuansa Eropa, terlihat dua remaja perempuan yang duduk saling berhadapan didekat jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disebuah cafe bernuansa Eropa, terlihat dua remaja perempuan yang duduk saling berhadapan didekat jendela. Yang tak lain adalah Aurel dan Meisya.

Saat pulang sekolah tadi, Meisya mengajak Aurel untuk berbicara berdua. Dan disetujui oleh Aurel. Setelah berganti pakaian, Aurel lantas segera bergegas menuju cafe ini.

"Jadi, hal penting apa yang mau lo bicarain?" Tanya Aurel saat melihat Meisya yang tak kunjung membuka suara.

"Pertama-tama, gue harus manggil lo siapa? Aurel? Atau, Felicia?" Meisya malah balik bertanya dengan tangan terlipat di depan dada.

Tubuh Aurel terasa kaku sesaat, jantungnya berdegup kencang, matanya menatap lamat pada Meisya. Dari mana gadis ini tau nama aslinya?

"Maksud lo apa?" Aurel berusaha terlihat santai seperti sebelumnya.

"Gue bakal panggil lo Felicia, sesuai dengan nama asli lo." Meisya tak mengindahkan tatapan Aurel yang seakan-akan ingin melahapnya.

"Gue Meisya, penulis novel ini." Ucapnya secara tiba-tiba. Membuat Aurel kembali menatap gadis itu.

"Lo, penulis nya?"

Meisya mengangguk, "jujur, gue kesal karena kedatangan lo disini udah ngehancurin alur yang gue buat dengan susah payah. Tapi, gue juga ngga bisa nyalahin lo karena semua ini udah takdir."

"Lagian, bisa-bisanya lo bikin kehidupan Aurel sangat menyedihkan. Seenggaknya kasih kebahagiaan dikit gitu!"

"Justru disitu titik menariknya, Feli. Kehidupan Aurel akan terasa sangat menarik bagi orang-orang yang pola pikirnya sama dengan lo. Jika di mata orang lain, Aurel adalah sosok antagonis yang pantas mendapatkan semua siksaan itu, maka berbeda dengan sudut pandang lo yang malah berfikir kalau kehidupan Aurel terlalu menyedihkan."

"Karena antagonis juga berhak bahagia, Mei." Ucap Aurel lirih.

Meisya kembali mengangguk, "lo ada benarnya juga. Intinya, kehidupan Aurel dan alur cerita ini sudah berubah sejak lo masuk."

Sembari mendengarkan Meisya yang berbicara, tangan Aurel sibuk mengaduk-aduk jus alpukat yang tadi dipesannya, tak lama ia pun meminumnya guna menghilangkan rasa haus yang menjalar di tenggorokannya.

"Terus, ngapain lo ikut masuk kesini?" Tanyanya heran.

Meisya memutar bola matanya, "buat ngingetin lo tentang misi yang harus lo jalanin disini. Udah satu setengah bulan lo di dunia ini, Feli. Dan sampai sekarang lo masih belum bisa nemuin pelakunya? Ingat Fel, waktu terus berjalan."

Aurel's Life Transmigration ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang