37. Tiga puluh tujuh

54.3K 4.5K 78
                                        

Call me Lia, everyone!

Aku ambil dari nama tengahku.

~Happy reading~


Keadaan rumah sakit pagi ini terlihat cukup ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keadaan rumah sakit pagi ini terlihat cukup ramai. Banyak orang-orang yang berlalu-lalang disekitar rumah sakit. Sebagian menggunakan pakaian khusus pasien, sebagian lagi menggunakan pakaian biasa, mungkin saja mereka sedang menjenguk keluarga atau teman.

Di atas kursi roda yang kini tengah didorong oleh Tante Zellyn, Aurel menghirup udara segar yang ada di taman rumah sakit. Matanya terpejam menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

Sementara dibelakangnya, Tante Zellyn tersenyum tipis melihat Aurel yang menikmati keadaan. Kaki jenjangnya melangkah perlahan mengelilingi taman yang terbilang cukup luas. Sesekali ia menunduk guna melihat kondisi Aurel.

"Tante, stop." Ucap Aurel tiba-tiba. Spontan membuat Zellyn menghentikan langkahnya.

"Kenapa, Aurel? Ada yang sakit?" Tanya Zellyn khawatir mengingat kondisi Aurel yang belum sepenuhnya pulih.

Sedangkan Aurel menggeleng pelan lalu meletakkan telunjuknya tepat didepan bibir, seolah memberi isyarat untuk diam. Matanya kini terfokus pada satu titik.

Di sana, tak jauh dari tempatnya berhenti, ia melihat seorang perempuan yang sedikit tak asing baginya. Perempuan itu terlihat sedang berbincang dengan salah satu orang yang memakai baju perawat. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi raut wajah perempuan itu terlihat serius.

Satu hal yang bisa dia tangkap dari kedatangan perempuan itu. Dirinya, dalam bahaya.

Dia juga sebenarnya tidak tau, apakah kedatangan perempuan itu murni karena ingin menjenguk seseorang, atau memang ingin mencelakainya. Yang pasti, dia akan mulai berhati-hati.

Gadis itu tersentak dari lamunannya saat pundaknya ditepuk. Ia mendongak, menatap Tante Zellyn yang juga tengah menatapnya dengan tatapan khawatir.

"Rel, Sakit lagi? Dimana nya yang sakit?"

Aurel menggeleng, tangannya bergerak mengelus punggung tangan Tante Zellyn yang ada di pegangan kursi. "Aku gapapa Tan, tenang aja." Ujarnya dengan senyum menenangkan.

"Yakin?" Tanya Zellyn memastikan.

"Iya, Tante, yakin." Ucapnya diiringi anggukan. "Tante, kita balik ke kamar aja ya? Aku capek." Pintanya yang langsung diangguki oleh Zellyn.

"Oke, kita balik ke kamar." Zellyn pun memutar kursi rodanya lalu berjalan meninggalkan taman rumah sakit yang kian ramai. Sedangkan Aurel hanya diam dengan pandangan lurus ke depan.

Beberapa menit berjalan menelusuri koridor rumah sakit, kini keduanya sudah berada di depan ruangan rawat inap. Aurel memang sudah dipindahkan ke ruangan ini sejak kemarin sore, dikarenakan kondisinya yang berangsur-angsur membaik, membuat Aurel meminta dipindahkan ke ruang rawat inap. Dia tidak terlalu suka berada di ruang ICU yang penuh dengan pengawasan ketat dari dokter, seolah-olah dia adalah buronan yang akan kabur jika tak diawasi.

Aurel's Life Transmigration ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang