This is my first story. So, aku minta maaf kalau ceritanya nggak sesuai dengan ekspetasi kalian.
[ Kalian bisa baca bio ku dulu sebelum baca ceritanya ya. Setelah itu terserah kalian mau baca atau ngga. ]
~~~
Heart's Owner, sebuah novel yang saat i...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam ini, seorang gadis cantik terlihat berjalan di jalanan sepi sendirian. Gadis dengan balutan hoodie dan celana legging itu berjalan lurus menuju minimarket yang berada diujung gang.
Tangannya bergerak mendorong pintu kaca dihadapannya dan masuk. Tak butuh waktu lama, kini sudah ada beberapa susu kotak berbagai rasa serta snack berukuran sedang yang berada di dalam gendongannya.
Dirasa cukup, ia berjalan menuju kasir dan menaruh belanjaannya. Sembari menunggu belanjaannya dihitung, matanya melirik ke arah luar, menatap langit malam yang hari ini terlihat begitu indah. Bintang yang bertaburan serta bulan purnama yang bersinar terang. Sangat cantik.
"Semuanya jadi enam puluh tujuh ribu, mbak."
Ucapan sang kasir menyadarkan gadis itu. Ia pun merogoh saku hoodie nya dan mengeluarkan satu lembar uang berwarna merah.
"Ini kembaliannya, terima kasih." Ucap sang kasir sembari menyerahkan uang kembalian beserta struk.
Gadis itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia berbalik dan berjalan keluar dari minimarket tersebut. Kini, gadis itu berjalan di trotoar dengan sekantung plastik ditangan kirinya, sementara tangan kanannya berada didalam saku hoodie.
Tin! Tin!
Gadis itu menoleh, menatap mobil hitam yang kini berhenti tepat disampingnya. Seseorang dari dalam membuka kaca mobil dan menyapa.
"Hai, Aurel! Lama nggak ketemu! Apa kabar?" Sapa nya riang.
"Baik." Jawab Aurel.
Gadis didalam sana mengangguk, "mau nebeng nggak? Kebetulan aku lewat depan rumah kamu nanti." Tawarnya.
Aurel mengangguk, "boleh." Ia mendekat dan membuka pintu mobil yang berada di samping pengemudi. Setelah duduk, ia menarik sabuk pengaman dan memakainya.
Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, kedua gadis didalam sana tidak ada tanda-tanda memulai pembicaraan. Keduanya sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Aurel, gimana hubungan kamu sama Nathan?" Tanya gadis disampingnya.
"Masih sama, nggak ada kemajuan."
"Dia, masih kasar sama kamu?"
Aurel mengangguk, pandangannya tetap mengarah ke samping, memandang lampu-lampu jalanan yang terlihat rapih.