5. Ekspektasi tak sesuai Realita

117 20 0
                                    

Dulu, Fajri terlihat sosok yang cool, cuek, kalem, tanpa tebar pesona pun aura nya udah terpancar bila di luar atau sedang bersama teman-teman satu tim nya.

Tapi.. Kenapa saat bareng Elvina jadi gini? Jadi nyebelin, bawel, manja, pokoknya keterbalikan dari sifat dia kalau nggak bareng Elvina deh.

Kenapa saat Fajri malam-malam datang ke rumah Elvina orangtuanya nggak marah atau nggak ngelarang? Karena... Sebenarnya rumah mereka deket, hanya terhalang empat rumah saja. Dan tentunya orang tua mereka berteman baik, orangtua Elvina tahu kalau putrinya satu kelas dengan putra dari temannya.

Dari situ mulai lah si Fajri dan Elvina deket, dulu hampir tiap hari uminya Fajri main ke rumah Elvina, Fajri ikut tentunya menemani sang umi.

Dan jadi awal juga Elvina mengetahui sifat asli manusia satu itu, ternyata nggak sesuai saat pertama ketemu. Dalam pikiran Elvina, Fajri itu orangnya kalem, stay cool, sekarang kok yang terjadi bukanlah seperti itu?

-Ekspektasi tak sesuai realita.

Lalu bagaimana awal mereka saling suka? Kalau Elvina mungkin saat pertama kali ketemu udah suka, secara kan dia suka tipe cowok yang kalem, murah senyum, dan kalau dilihat-lihat tu cowok nggak jelek-jelek amat, not bad lah, ya.

Kalau Fajri? Sejak kapan menyukai Elvina?
Mana saya tahu kok tanya saya, tanya sama Fajri langsung aja gimana?

.

Tin! Tin! Tin! Tin!

"ELVIII... ELVIN TUPAI.. BERANGKAT YUKK.." teriak seorang di atas motornya sambil memencet klakson berulang kali, bodo amat dengan tetangga yang kebisingan.

Kebiasaan banget manggil Elvin tupai, siapa lagi kalau bukan Fajri ganteng. Hampir setiap pagi Elvina berangkat bareng Fajri, itupun karena dipaksa. Awalnya karena paksaan mamanya, sekarang malah dipaksa Fajri menyebalkan.

Mungkin kini panggilan itu cocok untuk dia. Fajri menyebalkan.

Elvina yang memeperhatikan dari jendela kamarnya hanya bisa menghembuskan nafasnya tabah. Tiada hari tanpa cowok bernama Maulana Fajri Adyarazi.

"El, udah ditunggu tuh sama Aji.. Kamu cepat keluar terus sarapan bareng sama Aji juga" pekik Dini, mama Elvina, dari balik pintu.

"Kebiasaan banget sarapan di sini, di rumahnya nggak dimasakin apa gimana? Tapi gamungkin kalau nggak dimasakin" gumam Elvina seraya mempercepat dandanannya.

Lepas itu Elvina menuruni anak tangga menuju meja makan, terlihat Fajri sudah lahap mengunyah roti di tangannya ditemani Dini yang mengoles selai pada roti yang akan dimakan Fajri selanjutnya.

"Enak rotinya? Di rumah lo nggak ada roti emang?" Sarkas Elvina sembari menarik kursi untuk ia duduki tanpa menoleh ke orang sampingnya.

Fajri menelan roti di mulutnya dengan susah payah.

"Umi sama abi lagi nggak di rumah" ucap Fajri setelah menelan rotinya sampai habis.

"Umi sama abi kemana?" akhirnya Elvina bertanya.

"Umi sama abi pergi ke luar kota, biasa, dengan alasan pekerjaan, tapi iya juga sih"

"Sejak kapan?" tanya Elvina.

"Kemarin"

"Oooh pantesan semalem lo seenaknya ninggalin rumah, atau gue tahu pasti lo takut kan di rumah sendirian makanya lo ke rumah gue?" Ucap Elvina dengan ketawa yang dia tahan.

"Enggak! Siapa juga yang takut? Seorang Fajri nggak mungkin takut!"

Pembelaan untuk dirinya sendiri, tapi bener juga sih yang dibilang Elvina kalau dirinya takut di rumah sendirian, sampai main ML aja kalah saking takutnya.

Kalau nggak ngelak bukan Fajri namanya, terus siapa?

"Hilih bicit!" Cibir Elvina.

"Udah udah kok malah berdebat, cepat selesaikan sarapannya terus berangkat" lerai Dini yang sedari tadi mencuci perabot yang kotor mendengar keributan.

"Elvin tupai nih tante yang mulai" Fajri dengan tampang tak berdosa.

"Elvin tupai mana ada?! Yang bener tuh Alvin bukan Elvin!" tekan Elvina seraya mempercepat suapannya.

"Bodo! Serah gue lah napa lo yang sewot?"

Sabar El, sabar.. orang sabar disayang Tuhan.

"Bodo ah capek gue debat sama lo, nggak akan ada ujungnya!"

Dini yang mendengar perdebatan unfaedah dua anak remaja di meja makan hanya geleng-geleng kepala.

Dini tahu, walaupun mereka sering debat mengenai hal nggak penting tapi mereka saling peduli kok. Jadi dibiarkan saja, toh juga ujungnya baikan tanpa merasa ada yang terjadi sebelumnya.

Aku akhiri aja deh, aku spill si Fajri menyebalkan.

'kalah main ML adalah salah satu alasan gue biar bisa selalu ada di samping lo, El'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'kalah main ML adalah salah satu alasan gue biar bisa selalu ada di samping lo, El'

- Maulana Fajri Adyarazi

.

.

.

.

Gimana episode ini?

Satu episode full Fajri dan Elvina🤏

Vote jangan lupaa

👇

(direvisi 12 Des 2023)

Perfect Dream [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang