7. Pus Pus

119 21 2
                                    

Happy Reading!

∆∆∆∆∆

"ELVIN TUPAI.."

Sudah kudugong (batin Elvina).

"Nama gue itu EL-VIN! doang. Nggak ada tupai nya. Susah banget suruh manggil yang bener!" Geram Elvina, kesal sekali dia bila bersama manusia satu ini.

Tapi tapi tapi.. Terbesit satu pertanyaan dalam hatinya ketika mengamati badan Fajri dari atas hingga bawah, kok basah? Abis ngapain nih anak? tapi nanti saja lah.

"Tuh Kan.. baru aja dateng, udah kena sembur aja gue" Fajri meletakkan plastik bening itu di meja.

"Kalau kangen bilang aja nggak usah pake ngambek ngambek segala.." lanjutnya dengan ekspresi tengilnya.

"Dih najong tralalaa.." Elvina menjatuhkan selembar kertas tadi dengan sedikit kasar ke meja.

"Yaudah kalau emang nggak mau, gue minum sendiri aja" Fajri sudah siap ingin menyoblos. Nyoblos sedotan ke penutup cup yaa bukan nyoblos yang ituu..

"Yaudah minum aja sendiri.. Kayak kemarin" ketus Elvina dan sedikit menyindir. Fajri gagal menyedot karena merasa sindiran itu ditujukan untuknya.

"Iya iya gue minta maaf. Kemarin gue nggak tahu kalau lo yang pesenin buat gue, gue kira bukan lo yang nyuruh mereka beli" ucap Fajri sekilas melirik dua orang ke arah pintu yang tengah memperhatikan mereka sedari tadi.

"Nah itu lo tahu. Beneran buat gue kan ini satu?" Fajri mengangguk, beralih menyoblos cup milik Elvina. Dengan sabar Elvina menunggu.

"Makasih Fajri ganteng!" begitulah bila sedang ada maunya, baru muji orang di sampingnya ganteng.

"Emang gue ganteng, baru sadar?" songong banget sih, baru dipuji udah besar aja kepalanya.

Elvina tak menggubris dan fokus menyedot jus miliknya, sebuah keberuntungan baginya lagi panas dapet minuman dingin, gratis lagi.

"Greget banget aku sama tingkah mereka, kadang akur, kadang gelud, kadang juga kek parasit yang maunya nempel mulu" gerutu Novi yang gemas sendiri.

"Aku juga, by. Walaupun mereka sering berdebat dengan hal yang sama sekali nggak penting tapi mereka nggak terpisahkan, dan semoga selamanya seperti itu" ucap Fenly menatap Elvina dan Fajri dari luar.

∆∆∆∆

Elvina tengah rebahan di sofa depan tv sembari menggulirkan layar genggamnya menggunakan ibu jari, seperti biasa ngestalk akun member didikan wanaidi. (ytta)

Asik ngeschrol tiba-tiba ada notif masuk dan Elvina mengernyit merasa tak mengenali nomor tersebut. Bahkan foto profil orang itu tidak ada.

Elvina duduk dan menatap lekat layar genggamnya.

+62822********
"Hai, El, apa kabar?"

Namun Elvina tak menggubris pesan tersebut, karena jika ada nomor asing dia tak pernah peduli, kepo saja tidak. Setelah itu Elvina menghampiri mamanya di dapur, menata meja makan untuk makan malam.

"Mama.." Elvina berlari-lari kecil menghampiri mamanya tanpa memperhatikan ada meja di bawahnya, alhasil jemari kakinya terpentok dan membuatnya tersungkur ke lantai.

BRUAK!!

"Aakhh! Mamaa..." mendengar putrinya berteriak, Dini berlari ke sumber suara, Elvina sudah tergeletak di lantai sambil memegangi jemarinya yang sakit. Itu sakit banget kalau kalian nggak tau, really.

Perfect Dream [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang