"Kamu nggak apa-apa Sayang?" tanya cowok pada Bella.
Menyaksikan Fenly memberi perhatian kepada Bella, membuat Novi murka.
"FENLY !!" teriak Novi dengan nafas yang memburu. Sontak Fenly menatapnya.
"Kamu belain dia?!" tanya Novi dengan meninggikan nada bicaranya.
"Pacar kamu itu aku! Bukan dia! Kamu kenapa jadi nggak ngenalin aku gini sih?" Novi menunjuk-nunjuk Bella dengan tatapan tidak suka.
"Nggak usah nunjuk-nunjuk pacar gue!" bela Fenly kepada Bella seraya menyembunyikan Bella di belakangnya.
"Fen? Kamu.." Novi sudah tidak kuat lagi menahan air matanya. Orang yang sangat ia cintai tidak mengenalnya.
"Aku mau pulang.." pinta Bella, lalu Fenly berbalik membelakangi Novi.
"Yaudah, yuk.." sebelum melangkah, Fenly memberi tatapan datar ke Novi. Tapi, dari dalam hati kecil Fenly tak tega karena sudah membentak gadis itu.
Begitu Fenly dan Bella pergi, tubuh Novi meluruh dan menangis sejadi-jadinya.
"Kovell.. Lo jahat! Lo kenapa nggak ngenalin gue? Lo malah pacaran sama cewek itu! Dasar pembohong! Lo bilang kalau lo cuman sayang dan cinta sama gue. Pacaran satu tahun dan berakhir kegini nggak adil buat gue, gua nggak terima!"
Novi tak peduli dengan beberapa pasang mata menatapnya, ia hanya mampu menangis seraya menatap punggung pacarnya hingga menghilang.
.
Sekembalinya Fajri, ia langsung memberikan sebotol aqua untuk Elvina. Elvina meneguknya hingga sisa setengah, sedangkan milik Fajri belum diminum.
"Haus banget ya? Sampai tumpah-tumpah ke baju" ucap Fajri seraya menyeka tumpahan air pada dagu dan leher Elvina. Yang tumpah ke baju? tidak boleh! Bisa bahaya.
"Kita susul Novi yuk.." ucap Elvina setelah menutup kembali botol minumnya.
"Udah nggak cape?" Elvina menggeleng.
"Yaudah, yuk.." Fajri menggandeng pergelangan tangan Elvina, lalu mereka pergi menyusul Novi.
SKIP
Tok tok tok -ketukan pintu dari balik kamar Fajri.
"Zweitson.. Bangun, Nak, sudah pagi" teriak wanita paruh baya dari balik pintu.
Cowok itu masih melingkar di sofa tanpa selimut, selimutnya jatuh ke lantai. Tangannya menjulur ke meja untuk menggapai kacamata bulat miliknya. Lalu ia duduk dan memakai kacamata-nya.
"Hoamm.. Iya Umi" setelah itu Zweitson berjalan ke arah ranjang Fajri, bermaksud membangunkan sang beruang kutub. Tapi...
"Bangun woe! udah pagi.." ucap Zweitson masih setengah sadar. Tak mendengar sahutan, ia menjernihkan kedua matanya dan tak melihat sosok di depannya. Bahkan kondisi ranjang sudah rapi.
Zweitson mengucek kedua matanya.
"Ilang kemana tu anak? Tumben udah nggak nemplok di kasur?" Zweitson masuk ke kamar mandi, kemudian turun menemui Aji yang ia fikir sudah di bawah."AJII.. MAUL.." Teriak Zweitson seraya menuruni anak tangga.
"Aji sudah pergi ke rumah Elvina dari tadi pagi" sahut Umi dari dapur. Zweitson melongo, dirinya ditinggal?
"Kok gue nggak dibangunin sih" gumam Zweitson seraya menghentakkan sebelah kakinya sebal.
"Kalau gitu aku pamit ya Umi, mau pulang aja" ucap Zweitson menghampiri Umi.
"Nggak sarapan dulu?" Zweitson menggeleng, kemudian mencium punggung tangan wanita itu.
"Dadah Umi.." pamit Zweitson, dan diangguki olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Dream [END]
Teen Fiction[PART LENGKAP✔] {SUDAH REVISI}✔ "Opening hanya pemanis." ''Boleh di skip pada part awal'' 😌🤌🏼 FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! Tetap Vote dan Komen meski sudah End! Cerita ini hanyalah fiksi belaka, bila terdapat kesamaan dengan karya lain maka bukan seb...