Vote sebelum membaca!
Happy reading
.
.
.
Malam-malam Fajri sudah berada di rumah Zweitson. Tentu saja karena permintaan temannya yang berkacamata bulat itu.
Mereka berdua duduk di sofa yang berada di ruang tengah. Sedangkan Fiki di kamarnya, belajar katanya.
"Ji.." panggil Zweitson dan dijawab deheman oleh Fajri yang tengah fokus ke hape miringnya.
Dilihat-lihat, Fajri jarang main saat bersama Elvina setelah mereka pacaran. Mumpung sekarang dia tidak bareng Elvina, jadi kesempatan emas menurutnya.
"Lo tahu kan, gue sama sepupu gue nggak bisa akur kalau ketemu?" lagi-lagi Fajri menjawab dengan deheman.
"Terus dia malah dikirim kesini dan tinggal sama gue, dan lebih parahnya dia pindah sekolah" adu Zweitson dan mendapat jawaban yang sama.
"Iya, terus?.." jawab Fajri singkat, padat, dan jelas. Zweitson dibuat kesal oleh respon Fajri.
"Kalau temen lagi curhat itu didengerin atuh, Ji" ucap Zweitson mulai kesal karena merasa diabaikan.
"Iya, gue denger" jawab Fajri tanpa memalingkan fokusnya dari ponselnya.
Melihat Zweitson diam membuat Fajri terpaksa mengakhiri permainannya. Gini-gini Fajri lebih mementingkan pertemanan daripada permainan. Azeek
"Yaudah sih santai aja, lagian apa salahnya kalau si Fiki tinggal di sini? Toh juga dia anaknya baik"
"Tapi dia itu nyebelin banget?" ucap Zweitson geram.
"Udah deh, lo itu sebenarnya suka kan kalau Fiki tinggal di sini? Lo juga sayang sama dia. Makanya kalau punya gengsi itu dikecilin, gue lihat-lihat dia sayang banget sama lo"
"Iya juga sih, tapi gue sama dia nggak bisa akur"
"Coba lo fikir Son, dia mencoba dekat sama lo kan? Tapi lo yang berusaha jauhin dia, apa ada kata-kata gue yang salah?" Zweitson nampak berfikir.
Benar juga apa yang dikatakan Fajri. Fiki begitu menunjukkan rasa sayangnya pada dirinya, tapi dia malah sok jual mahal. Sebenarnya ia juga bingung, kenapa dirinya tidak bisa akur dengan sepupunya itu.
"Lebih baik lo PDKT deh sama Fiki, dia sekarang lagi belajar kan? Nah, kesempatan lo buat deketin dia dengan cara yang kecil-kecil aja, Son. Misalnya lo temenin dia belajar atau ngajarin dia kalau ada soal yang dia belum ngerti" jelas Fajri.
"Emang bisa?" tanya Zweitaon dan Fajri mengangguk.
"Kok gue nggak yakin ya"
"Lo harus yakin, Son. Gue percaya nggak lama kalian bakalan akur, asalkan lo kecilin gengsi lo buat nunjukin rasa sayang lo ke dia" pungkasnya.
"Udah sana temuin si Fiki, atau mau gue temenin?" kekeh Fajri.
"Nggak usah! Biar gue sendiri aja, yang ada ntar lo malah ngetawain gue"
"Nah ini nih salah satu gengsi lo yang kudu lo ilangin. Parah banget, yaudah gue mau balik"
"Nggak nginep aja? Btw besok tanggal merah, jogging yuk? Buat ganti jogging kemarin karena lo nggak ngajak gue!"
"Yaelah baperan banget lo jadi orang, oke gue setuju. Sekalian ajak si Fiki"
"Harus banget ajak Fiki?" tanya Zweitson tak yakin dan Fajri mengangguk sangat yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Dream [END]
Teen Fiction[PART LENGKAP✔] {SUDAH REVISI}✔ "Opening hanya pemanis." ''Boleh di skip pada part awal'' 😌🤌🏼 FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! Tetap Vote dan Komen meski sudah End! Cerita ini hanyalah fiksi belaka, bila terdapat kesamaan dengan karya lain maka bukan seb...