6. Friendzone?

128 22 0
                                    

Happy reading!!

∆∆∆∆∆


Elvina dan Novi tengah duduk lesehan depan pintu kelasnya sambil menonton lomba balap karung, kelas 10 saja yang lomba. Fenly di kelas, mungkin. Fajri entah kemana hilangnya.

"El.." panggil Novi, Elvina menjawab tanpa menoleh, pandangannya fokus ke lapangan.

"Iya?"

"Lo itu sama Aji hubungannya gimana sih? Dia suka sama lo dan lo pun juga sama" Elvina nampak berfikir seraya menelan ludahnya susah payah.

"Gue nggak tau, Nov.." lirih Elvina sambil menatap lekat sepasang sepatu yang ia kenakan.

"El.." Novi mengusap punggung Elvina.

"Gue tahu lo masih trauma kan sama kejadian setahun yang lalu, sama kakak kelas super playboy yang gue ngelarang lo buat deketin tapi kalian malah pacaran?!"

"Jadi gini kan, lo yang sekarang ngerasain sakitnya. Dan mungkin Aji masih takut buat ngajak lo pacaran karena dia tau lo masih trauma" pungkas Novi.

Elvina terpejam sesaat kemudian membuka mata lalu menatap kedua mata Novi sambil tersenyum.

"Gue nggak apa-apa, mungkin ini memang takdir gue, dan sorry Nov, dulu gue nggak dengerin lo.." gadis itu memaksa untuk tertawa, tepatnya mentertawakan dirinya karena dulu tidak mendengarkan temannya, Novi.

"Lo jangan gitu Elvi, please.. Kasihan Aji kalau lo terus-terusan mikirin masalalu lo, mikirin masalalu nggak akan ada habisnya, percaya sama gue" lirih Novi.

"Bukannya lo malah tenang tapi malah bikin lo tambah sakit.. Aji juga, dia itu sebenarnya nunggu lo tau nggak?
Walaupun gue nggak pernah denger dia ngomong, tapi gue bisa tau dengan cara dia bawa lo pergi disaat gue sama Kovel ngebahas soal kalian lebih baik pacaran aja..

Gue juga lihat mata dia waktu natap lo, yang gue lihat ketulusan El bukan hanya sekedar tatapan biasa" jelas Novi. Elvina terdiam dan berfikir.

"Udah yaa, gue nggak mau bahas itu lagi.." hanya kalimat itu yang sanggup keluar dari mulut Elvina, ia tak sanggup lagi mendengar perkataan Novi yang semakin membuatnya kembali ingat ke masalalu nya.

"Gue ingetin, tolong buat Aji nggak takut buat nembak lo.. Kesannya tuh kek kalian terjebak dalam Friendzone tau nggak? bedanya, kalian sama-sama suka tapi salah satu dari kalian nggak ada yang ngungkapin."

"Iya iya.."

"Iya iya doang tapi nggak pernah dilakuin, percuma juga gue nasehatin tiap hari kalau masuk kuping kanan keluar kuping kiri.."

Novi kesal sebenarnya, tapi kalau nggak di nasehatin terus bisa bablas tu anak.

Contohnya aja, dulu Novi rela buat nasehatin Elvina supaya nggak jatuh cinta sama kakak kelas yang udah terkenal playboy satu sekolah, dan akhirnya mereka pacaran yang berujung Elvina diselingkuhin dan ditinggalin gitu aja. Terus langsung nangis-nangis ke Novi, ngadu kalau nyesel udah kenal sama cowok itu. Heh! Keras kepala!

"Btw cowok kelas 10 kok pada cakep-cakep, pengen deh gue..." ucapan Novi terpotong begitu mendengar seseorang di belakangnya, menyilangkan kedua lengannya di dada.

"Pengin di apain?" ucap cowok itu terdengar dingin, kompak kepala Novi dan Elvina menoleh ke sumber suara.

Elvina berekspresi was-was seraya melirik Novi dan cowok itu bergantian. Novi? Aduh nggak usah ditanya lagi ekspresi dia kegimana. Ke-gep kan sama pacar sendiri.

Perfect Dream [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang