32. Nafas Buatan

102 20 2
                                    

Btw dari judul babnya, apa yang muncul pertama kali difikiran kalian? Hmm😙


Happy reading

.

.

.


"Si Aji masih pagi udah bikin orang panik, pake nyeburin diri ke kolam renang segala" gerutu Elvina segera membersihkan dirinya dan setelah itu ia turun.

"Pagi Mama.. Pagi Kak Indah.. Pagi Banghan.. Elvi pamit mau ke rumah Aji yaa.." teriak Elvina sambil menuruni anak tangga dan berlari keluar.

Dini yang sedang memasak di dapur dan Indah yang ingin memberikan secangkir kopi untuk suaminya mendadak mematung dan mengarahkan pandangannya ke Elvina yang sudah tiba di depan pintu utama.

"Masih pagi ngapain ke rumah Aji?" tanya Dini bingung.

"Pagi-pagi udah mau pacaran aja?" sahut Farhan sebelum meraih kopi dari tangan Indah.

"Apa terjadi sesuatu sama Aji atau Umi, Vin?" tanya Indah.

Pertanyaan dari ketiga anggota keluarganya sama sekali tak Elvina jawab. Elvina langsung keluar dan menuju rumah Fajri dengan mengayuh sepeda ontel milik abangnya.

Nafas Elvina sampai tersengal-sengal, dia sudah tiba di depan rumah Fajri. Tak menunggu lama Elvina langsung mengetuk pintu.

"Assalamu'alaikum.." salam Elvina disela nafasnya yang masih lelah. Tak lama pintu terbuka dan menampakkan wajah Umi yang sedang menangis.

Elvina bingung, kenapa wanita itu menangis?

"Umi? Ken-.." belum menyelesaikan ucapannya, Umi langsung menarik lengan Elvina untuk masuk.

Dan betapa terkejutnya Elvina saat melihat tubuh Fajri sudah terbaring di sofa dengan keadaan basah kuyup. Sedangkan Fiki sudah mengganti pakaiannya dengan baju milik Fajri.

Elvina syok sampai tangannya terangkat untuk menutupi mulutnya yang menganga.

"El.." panggil Zweitson yang menjadikan pahanya sebagai bantalan Fajri.

"Cantik banget gilaak.. Bidadari mana nih?" kepala Fiki langsung ditoyor oleh Zweitson, sungguh pertanyaannya tak sesuai sikon.

"Ap-apa yang terjadi? Aji.. Dia?" Elvina menatap Umi dan dia cowok disana untuk meminta penjelasan.

"Waktu Umi masuk, Aji sudah seperti ini sayang.." ucap Umi dengan susah payah menahan tangisnya.

Elvina mendekati Fajri lalu menggenggam jemari cowok itu yang sudah mengeriput dan dingin. Tapi sebelum itu, Elvina mengambil alih posisi Zweitson.

"Ji.. Hei, Bangun" panggilnya lembut sambil menyibakkan poni yang menutupi dahi itu.

"Ini si Aji kenapa bisa-bisanya ngelakuin hal bodoh kegini sih?" Tanyanya pada semuanya.

"Ini semua berawal saat Aji baca chatnya Novi, Vin" jawab Zweitson.

"Terus ngapain dipercaya sih ucapannya Novi? Kalau udah kegini siapa yang repot? Ji.. Bangun dong" Elvina mengguncang-guncangkan tubuh Fajri, walaupun agak susah karena berat.

"Gimana caranya biar dia sadar?" gumam Elvina dan didengar oleh Fiki.

Tentu saja otak Fiki langsung bekerja dengan cepat dan menemukan ide bagaimana membangunkan Fajri.

Perfect Dream [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang