31. Bocah Prikk😪

73 22 0
                                    

Dari semalam Fiki mencari-cari botol minum kesayangannya. Seingatnya dia sudah memasukkannya ke dalam tasnya nya pada saat berangkat, tapi dicari tidak ada.

Hampir tiga jam Fiki menggeledah koper beserta tas ranselnya, namun benda yang dia cari tak kunjung menampakkan diri. Sampai harus menggedor-gedor kamar Zweitson.

Pasalnya besok mau dia bawa untuk jogging. Sudah menyuruh Bi Jumi untuk membantu mencari, hasilnya tetap sama. Bi Jumi mengatakan kalau kemarin waktu memindahkan semua barang-barang Fiki ke lemari sama sekali tak melihat tanda-tanda keberadaan botol minum.

Fiki sempat kesal, setelah menelfon Ibunya ternyata botol minumnya tertinggal di rumahnya. Bagaimana bisa perasaan udah dia masukkan kedalam tas.

Akhirnya Bi Jumi mencarikan botol minum milik Zweitson yang sudah jarang dipakai/bawa ke sekolah. Hal tersebut sedikit bisa membuat Fiki lega.

Cowok itu membuka matanya kemudian mengenakan kacamata itu untuk melihat cahaya pagi yang seolah menyapanya.
"Pagi yang cerah, masa depan cerah.." ucapnya kemudian turun dari ranjangnya.

"Zweitsoni!! Ayo berangkat, gue udah siap nih.." pekik Fiki yang kembali menggedor-gedor pintu kamar Zweitson.

"Nggak jadi cerah deh.." katanya dengan kecewa, baru saja dia merasakan cerahnya pagi, sudah terganggu oleh sepupunya yang menyebalkan itu.

"Iya iya bawel banget sih lo, tunggu.. Gue mandi dulu"

"Siap sepupu! Kalau gitu gue tunggu di depan.."

.

"Hati-hati ya Mas Zweizy dan Mas Fiki, jangan terlalu jauh ya.." ucap Bi Jumi memberi reminder kepada dua anak laki-laki di depannya.

"Siap 4 5 Bi Jumi.." ucap Fiki bersemangat sambil mengalungkan botol minum di lehernya.

"Itu botol gue?" beo Zweitson yang sangat mengenali botol yang menggantung di leher Fiki.

"Maaf Mas, semalam Mas Fiki mencari botolnya dan ternyata tertinggal di rumah. Jadi, Bibi berikan botolnya Mas Zweizy saja yang sudah lama tidak dipakai" jelas wanita itu.

"Boleh kan, Son? Gue nggak bisa kalau nggak bawa minum, lo tahu sendiri kan gue punya riwayat asma?" Kata Fiki memelas dan membuat Zweitson yang awalnya sedikit kesal menjadi sedikit tersentuh hatinya.

Lagipula botol itu sudah jarang dia pakai.

"Iya, gue kasih ke lo aja lagian gue udah punya yang lain"

"Makasih sepupu!" Fiki senang dan langsung memeluk Zweitson, seperti biasa Zweitson kalau dipeluk sama Fiki pasti tidak mau.

"Lepas!" lagi-lagi Zweitson bergidik geli setelah menjauhkan tubuh Fiki darinya.

"Kita mampir ke rumah Aji dulu, Fik" ucap Zweitson saat hendak menaiki motornya.

"Aji?" beo Fiki.

"Gue janjian mau jogging sama dia, semoga aja tu anak kagak lupa"

"Oke, Son"

Seperempat jam mereka berdua sudah tiba di depan rumah Fajri. Nampak dari luar semua pintu masih tertutup rapat, btw sekarang masih pukul 05.55 pagi.

"Gilaakk... Sia Aji masih molor pasti, kita ke-pagi-an. Lo sih terlalu semangat" ucap cowok berkacamata itu pada sepupunya.

"Harus dong, kan abis jogging lo traktir gue bakso" kekeh Fiki.

"Pulang aja sono, kagak usah jogging. Kalau ujungnya mau makan bakso"

"Gue itu pengen deket sama lo, Son. Itu aja kok" lirih Fiki dan Zweitson langsung terdiam.

Perfect Dream [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang