.
.
.
__prolog__
Darga membuka pintu flatnya saat waktu setempat sudah menunjukkan pukul satu pagi. Helaan nafasnya terdengar bersamaan dengan gerakan laki-laki itu melepas jaketnya. Dia sampirkan jaketnya di balik pintu. Lalu melangkah ke arah kitchen island mengambil air minum.
Sudah berbulan-bulan Darga berada disini. Negeri orang, begitulah yang mereka katakan. Dia pergi meninggalkann sekelumit kisah di negerinya sendiri.
Darga mengayunkan kakinya masuk ke dalam kamar. Kamar yang tak terlalu besar namun sangat nyaman. Darga tersenyum menatap sebuah pigura besar yang menampilkan foto perempuan yang selama beberapa bulan ini tak bisa membuatnya tidur nyenyak.
“Hai Love, aku baru pulang kerja. Biasanya jam 12 shiftku udah selesai. Tapi aku tadi beres-beres dulu.” gumamnya seolah sedang bercerita pada sosok dalam foto itu.
Darga mendudukan diri di ranjang. Tapi sorotnya tetap tak teralihkan. Masih menatap foto seseorang yang tersenyum manis di pigura itu. Sebagai pengobat rindu yang tak tertahankan. Meski hanya lewat sebuah foto.
Darga bangkit dari posisi duduknya masih terus menatap foto itu.
"Secinta itu aku sama kamu Love. Bahkan buat mandi pun, aku nggak rela ninggalin kamu.” Darga mendengus. Mulai merasa gila karena sedari tadi dia bicara sendiri pada foto di dinding.
Rasanya berada berbulan-bulan disini. Seperti berada berabad-abad. Menjauh dari perempuan itu rupanya menciptakan luka tersendiri bagi Darga. Satu bulan pertama, dia benar-benar tersiksa. Rindu tak tertahan pada seseorang di seberang samudra.
Tanpa sadar sesuatu yang basah jatuh mengenai pipinya. Darga menyentuhnya kemudian mendengus kecil. Dia lalu mengangkat tangan menutupi wajahnya. Membiarkan sesuatu yang basah itu memenuhi wajahnya.
Sejujurnya hati Darga menjadi sangat sakit. Setiap malam merintih merindukan cintanya. Tangannya meremas ponsel, setiap hari selalu gatal untuk mengirim pesan pada perempuan itu. Namun gerak tangannya selalu terhenti di kolom chat.
Darga selalu ketakutan saat ingin menghubunginya. Dia takut akan membuat perempuan itu menangis dan terluka lagi.
Lalu dia harus bagaimana lagi sekarang?
***
"We're arrived, miss!”
Nena menatap bangunan tinggi di sekelilingnya. Tadi dia sudah menunjukkan alamat flat seseorang pada si supir taksi. Nena menatap sekeliling tak mengerti. Supir itu menunjuk gedung besar nan tinggi bercat kuning di samping mereka.
Nena keluar menatap gedung tinggi di hadapannya. Si supir taksi membantunya mengeluarkan koper dari bagasi. Setelah mendapat bayaran taksi itu pun pergi.
Nena kembali terkagum saat memasuki gedung apartemen itu. Tak hanya bangunan luarnya saja yang terlihat klasik dan mewah, dalamnya pun sama. Nena menggeret kopernya keluar dari lift. Dia sudah sampai di lantai 15, tempat unit orang itu berada. Dia menatap sekeliling, menerka-nerka yang mana flat tujuanya. Hingga suara seseorang membuka pintu mengagetkannya.
Nena menoleh ke sumber suara dan jantungnya seolah berhenti berdetak saat melihat siapa sosok yang baru saja membuka pintu itu. Nena merasa nafasnya begitu sesak. Coat yang tadi dibawanya tanpa sadar terjatuh. Kedua matanya memanas tanpa bisa dia cegah. Diikuti dengan titik-titik bening yang nyaris membasahi pipinya. Ditatapnya kembali sosok itu.
“Enggak! Ini nggak mungkin!”
Orang itu memundurkan langkahnya. Kepalanya menggeleng tak percaya. Tak percaya pada apa yang dilihatnya. Dia takut! Dia takut jika ini hanya mimpi belaka. Mimpi yang akan membuatnya kembali sakit saat dia terbangun nanti. Dia yang ketakutan segera berbalik membuka pintu flatnya kembali. Wajahnya mulai berkeringat.
"Nggak! Nggak mungkin! Ini pasti mimpi! Mimpi! Nggak mungkin dia ada disini!”
"Nggak—“
Racauan orang itu terhenti saat tangan Nena memeluknya dari belakang. Mengunci semua pergerakannya. Membuat titik-titik bening itu jatuh dan membasahi tangan yang tengah memeluknya.
“Kenapa lo pergi?” suara serak Nena terdengar. “Kenapa lo mau pergi, waktu ngelihat gue? Kenapa?”
..
.
Chaptet 1 akan segera dipublish, stay tuneee...
Jangan lupa vote...
Ramaikan kolom comment...
Thank youuu...
KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Better
RomanceBagi seorang Edwarga Jianno Leon, Chikita Yerina tak lebih dari seorang sekertaris dan assisten yang bisa diandalkan. Namun hari-hari yang mereka habiskan bersama membuat Darga menyadari jika kehadiran Nena memiliki makna lebih dari itu. "Salahnya...