.
.
.
Suasana dalam ruangan itu hening seolah tak berpenghuni. Meski nyatanya Darga dan Nena sejak tadi terdiam di meja masing-masing. Lebih tepatnya sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Nena sedang sibuk memindai data dari laptop menuju laporan. Dengan kedua telinganya disumbat headphone berwarna biru. Membuat mulutnya ikut komat-kamit menyanyikan lagu yang sedang dia dengar. Tak cukup mulutnya saja yang beraksi, tangannya pun ikut bergerak-gerak seolah dia sedang memegang mikrofon dan bernyanyi di atas pentas.
Darga yang sejak tadi fokus dengan laptop di atas meja mulai oleng saat Nena tiba-tiba melakukan gerakan-gerakan absurd aneh. Mengernyit tajam, Darga baru paham jika Nena sedang berpura-pura bernyanyi. Entah lagu apa yang didengarkan perempuan itu hingga membuatnya bersemangat begitu.
Yang jelas tingkah absurd Nena itu membuat Darga tak bisa meyembunyikan senyum gelinya. Beberapa kali dia mencoba fokus kembali pada kerjaan. Tapi Nena malah mengalihkan perhatiannya.
"You broke me firsssst!!!" Nena tanpa sadar bernyanyi sedikit keras.
Membuat Darga tanpa sadar ikut tersenyum sembari memijit pangkal hidungnya. Astaga, kalau seperti ini pekerjaannya tak akan selesai. Berdeham sebentar, dia memutuskan tak akan mempedulikan Nena. Dia akan fokus pada pekerjaannya.
Namun Nena terus bernyanyi tak tahu diri.
Alis Darga terangkat tak bisa menyembunyikan tawanya lebih lama lagi. Perutnya nyaris kram karena tak bisa berhenti tertawa. Dan itu semua karena mendengar si bebek terus bernyanyi tak tahu diri.
Nena yang samar-samar mendengar suara tawa dari balik headphonenya menoleh. Dia mengernyit aneh saat mendapati Darga tertawa-tawa sendiri sembari memukul-mukul kertasnya ke meja. Dih! Itu si Telur dadar udah sinting kali ya! Ketawa-ketawa sendiri begitu!
"Dar!" panggilnya sembari membuka sebelah telinga yang tertutup headphone. Nena masih memandang Darga dengan aneh. "Lo udah sinting ya, ketawa-ketawa nggak waras begitu?!"
Darga menghentikan tawanya. Mengusap air matanya yang nyaris jatuh. "Heh, lo nggak sadar kalo suara lo itu kayak bebek, kweek, kweek! Nyanyi apaan sih lo nggak jelas begitu?!"
Nena manyun saat Darga meledek suara cemprengnya. "Ya biarin sih! Yang nyanyi juga gue kenapa lo yang ribet?!"
Raut wajah Darga berubah datar saat suara Nena berubah kesal. "Masalahnya suara lo itu mengganggu ketenangan ruangan ini."
"Gue nggak bakal ganggu, kan gue pake headphone." Nena mengerjap polos.
Darga memilih tak peduli. Kembali memfokuskan diri pada setumpuk pekerjaan di mejanya, yang tak kunjung berkurang malah semakin menumpuk saja.
"Nen, lo inget nggak meeting sama awan kumulonimbus itu kapan? Gue takut berkasnya ilang, nih."
Nena menoleh lagi, matanya mengerjap bingung. Namun detik kemudian dia mencibir. Kebiasaan Darga yang hobi mengubah-ubah nama orang atau perusahaan yang sedang bekerja sama dengan mereka. Mau tak mau Nena bangkit dan menghampiri meja Darga.
Raut Nena berubah datar, saat melihat meja kerja Darga sudah seperti meja belajar anak SD. Kertas dimana-mana. Laptop berada di tengah dan menyala. Juga pulpen yang dia jepit di atas telinga. Nena berdecak tak tahan.
"Buset Edwarga! Bukannya tadi sehabis makan, gue udah rapihin meja lo ya?! Kenapa sekarang berantakan lagi?!"
Darga ikut berdecak. "Ya, namanya juga dipake kerja, berantakanlah! Kecuali kalo gue nggak kerja dan milih main game. Dijamin mejanya bakal rapi." cengirnya tanpa dosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Better
RomanceBagi seorang Edwarga Jianno Leon, Chikita Yerina tak lebih dari seorang sekertaris dan assisten yang bisa diandalkan. Namun hari-hari yang mereka habiskan bersama membuat Darga menyadari jika kehadiran Nena memiliki makna lebih dari itu. "Salahnya...