{84} Our Engagement {84}

1.5K 38 3
                                    

.

.

.

Lamaran itu benar-benar diadakan di Surabaya. Satu hari sebelum hari-H, seluruh keluarga Darga sudah berada di kota pahlawan itu. Berbeda dengan Nena yang sudah pulang tiga hari sebelumnya.

Darga mengerjap perlahan saat suara blitz itu terus menyambar wajahnya sejak pagi. Astaga, dia baru menyadari bahwa sejak bangun tidur tadi yang dia lakukan hanya berfoto. Dan melakukan shooting video menjelang pernikahan seperti yang biasa orang-orang pamerkan di sosial media.

Semua itu dikoordinir sendiri oleh Janetta. Karena wanita itu menginginkan acara pernikahan anaknya didokumentasikan secara sempurna. Mulai dari lamaran, akad, dan seterusnya nanti.

Ronny dan Vasha yang didapuk sebagai MC, mulai melakukan tugasnya dengan baik. Meski keduanya sesekali menyelipkan banyolan yang membuat para hadirin tertawa. Juga godaan-godaan menyebalkan yang membuat wajah Darga memerah.

Darga menatap Ronny dan Vasha yang masih asyik tertawa disana. Dia melirik Vicy yang duduk di belakangnya.

“Vi, kenapa nggak kamu aja yang jadi MC-nya?” bisik Darga.

Vicy menggeleng-geleng. Dia tidak berminat menjadi MC. Biarkan Vasha saja yang beraksi.

Setelah proses dokumentasi yang panjang. Akhirnya disinilah Darga berada sekarang. Duduk diapit papa dan mamanya. Untuk sejenak, dia jadi teringat masa lalu. Saat dia melamar Clarissa, dulu.

Namun dulu dan sekarang sangatlah berbeda bagi Darga. Acara lamarannya dulu sangat sepi dan terkesan tanpa tamu. Tentu saja, karena Clarissa tak memiliki keluarga besar seperti Nena.

Sedangkan saat ini, seluruh penjuru rumah Choki didekor apik dengan nuansa gold yang elegan. Ukiran nama Yerina dan Edwarga terpasang dimana-mana. Membuat dadanya bergetar sendiri.

Darga tak bisa menghentikan kegugupannya. Saat di hadapannya, Choki dan Anjani terus menatapnya dengan senyum lebar. Darga tanpa sadar meremas tangan Janetta. Membuat mamanya menoleh.
Janetta yang paham dengan kegugupan putranya, segera tersenyum menenangkan. Tangannya balas meremas tangan Darga. Diikuti dengan tepukan lembut memberi semangat.

Galvian juga melakukan hal yang sama untuk putranya. Dia tahu, putranya sudah banyak mengalami hal berat untuk sampai di titik ini. Dia membelai bahu Darga memberi semangat untuk putranya itu.

Kini mereka sedang mendengarkan kata sambutan dari pihak keluarga Nena. Setelah sebelumnya, salah satu perwakilan dari keluarga Darga sudah lebih dulu mengutarakan maksud kedatangan mereka.

Hingga apa yang ditunggu-tunggu Darga akhirnya tiba juga. Dari ujung tangga di lantai dua. Dia tak bisa berkedip, melihat Nena yang teramat cantik mengenakan gaun keemasan panjang, melangkah turun dari sana.

Gaun Nena sangat serasi bila disandingkan dengan setelan jas yang dikenakan Darga. Rambut perempuan itu ditata sedemikian rupa, hingga menjuntai cantik.

Dengan seikat bunga di tangannya, Nena melangkah masuk ke ruangan didampingi oleh dua orang saudaranya. Semua orang langsung menoleh saat Nena mulai menampakkan diri.

Begitu Nena datang, Darga segera maju ke depan dengan sebuah mikrofon yang diulurkan Vasha. Kini semua orang menanti apa yang ingin disampaikan laki-laki itu untuk perempuan cantik di hadapannya.

Darga benar-benar gugup sekarang. Segala kata-kata yang semalam disusunnya ambyar sudah. Dia diam-diam menarik nafas panjang dan berfikir ulang.

Sementara Nena menanti dengan sabar. Terus tersenyum menunggu apa yang ingin Darga katakan. Meski tangannya yang memegang bunga mulai bekeringat dingin. Dan kedua kakinya terus bergerak gelisah menahan kegugupan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Make Me BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang