.
.
.
"Dar,"
Nena menggigit bibirnya saat Darga semakin merapat padanya. Bola matanya berputar gugup. Apa yang akan dilakukan laki-laki itu?
"Dar,"
Nena terus memundurkan tubuhnya panik. Tangannya ikut terangkat menghalau wajah Darga yang kian dekat. Memajamkan mata erat-erat saat aroma menyengat itu menguar begitu dekat.
"Dar, please sadar! Lo mabok!"
Saat Nena mendorong tangannya ke depan. Kedua tangannya itu sudah menyentuh dada bidang Darga. Membuatnya perlahan-lahan membuka mata.
Lalu saat kedua mata Darga dan Nena bertemu. Waktu serasa berhenti membuat Nena bisa merasakan jantungnya berdegup hebat. Seolah marching band dalam hatinya sedang berpesta pora.
"Nen,"
Mata Nena membulat lebar saat sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya. Membuat dirinya seolah tersetrum listrik puluhan watt. Lalu saat bibir Darga mulai bergerak menjamah miliknya. Nena hanya terpaku dalam diam.
Nena berusaha mendorong tubuh Darga menjauh. Namun tangan kecilnya tak mampu membuat tubuh besar Darga menyingkir. Hingga yang Nena rasakan kecupan itu semakin panjang dan dalam membuat Nena terlena dalam diam.
Nena tahu apa yang mereka lakukan ini bukanlah sepatutnya. Namun logikanya seolah tergadai oleh cinta yang mendalam untuk seorang laki-laki bernama Edwarga.
Maka dengan sedikit keberanian Nena mengepalkan kedua tangannya. Meremas erat kaos hitam yang dikenakan laki-laki itu. Lalu dalam diam yang panjang dia mulai membalas ciuman yang diberikan laki-lak itu.
Memeluk Darga semakin erat, Nena semakin memperdalam ciumannya. Membalas dengan sepenuh hati kecupan laki-laki itu. Seoalah dia sedang memberitahukan bahwa dia sangat mencintai seorang Edwarga.
Lenguhan kecil meluncur dari mulut Nena saat tiba-tiba Darga mengangkat wajahnya. Memutus penyatuan bibir yang sedari beberapa menit lalu mereka lakukan. Darga menatap Nena. Nena balas menatap sorot laki-laki itu.
Entah siapa yang memulai, perlahan-lahan posisi mereka sudah berubah. Awalnya mereka duduk bersisian, namun siapa yang tahu jika akhirnya Darga menindih tubuh kecil Nena.
Melesakkan lengannya ke bawah kepala Nena. Membiarkan lengannya menjadi bantal bagi perempuan itu. Darga seolah belum puas dengan apa yang mereka lakukan beberapa saat lalu.
Nena masih tak mampu mengendalikan marching band dalam hatinya berhenti menabuh genderang. Saat lagi-lagi sorot gelap Darga seolah-olah mengajaknya untuk menyelami perasaan yang kian membara.
Memalingkan wajah menjauhi sorot mata laki-laki itu yang seolah memiliki mantra. Nena tak kuasa saat jemari lembut Darga menyentuh pipinya. Meminta Nena untuk terus menatap laki-laki itu.
Nena mulai menahan nafasnya, saat wajah Darga kembali mendekat. Sangat dekat. Sehingga dia bisa merasakan deru nafas laki-laki itu yang memburu.
"Dar," Nena melirih, tangannya mendorong kecil dada laki-laki itu.
"Nen," Darga memanggilnya sama lirih. "Gue nggak akan biarin lo pergi, Nen. Gue nggak bisa kalo nggak ada lo."
Nena hanya mengedip. Saat Darga kembali mencium bibirnya. Melumat dalam hingga memberikan sedikit gigitan pada bibir bawah Nena.
Nena melenguh kecil membuat lumatan itu semakin cepat dan tak terkendali. Hingga gerak kepala mereka mulai berirama mengikuti satu sama lain.
Nena yang tak kuasa dengan gelora yang ditmbulkan, mulai mengangkat tangan memeluk leher Darga dengan erat. Sesekali menjambak rambut kemerahan laki-laki itu saat sensasi seperti tersetrum listrik itu kembali dirasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Better
RomanceBagi seorang Edwarga Jianno Leon, Chikita Yerina tak lebih dari seorang sekertaris dan assisten yang bisa diandalkan. Namun hari-hari yang mereka habiskan bersama membuat Darga menyadari jika kehadiran Nena memiliki makna lebih dari itu. "Salahnya...