.
.
.
Nena merasa was-was saat detak jam di ruang kerjanya nyaris menunjukkan pukul 12. Lima menit lagi dia bisa kabur dari sini. Apalagi melihat Darga yang masih sibuk dengan telpon entah dari perusahaan mana. Dia kurang paham tadi. Namun yang jelas, ketika si telur dadar itu masih sibuk. Dia bisa minggat dengan cepat.
Oke, sekarang saatnya! Nena memundurkan kursi pelan-pelan. Memastikan ponsel dan dompet dalam genggaman. Setelahnya dia kabur keluar. Berlarian kencang, Nena turun menuju divisi tempat Revi bekerja. Menghembus nafas lega saat dia berhasil masuk ke dalam lift.
Tingkah aneh Nena ini jelas ada hubungannya dengan ajakan lunch Darga beberapa saat lalu. Memutuskan untuk tidak menjawab. Nena jelas tak bisa seenaknya makan bersama laki-laki itu. Karena situasi sekarang yang harus membuatnya sadar diri. Bahwa dia harus menjaga jarak dari Edwarga. Semua orang pasti paham kan, apa maksudnya.
Begitu lift terbuka, Nena segera berlarian menuju kubikel Revi yang sudah dia tahu di mana letaknya.
"Rev, lunch yuk?" seru Nena.
Revi mengernyit heran. Tak biasanya Nena menghampirinya lebih dulu. Biasanya Revi yang harus naik dulu ke lantai direktur.
"Dih, tumben lo nyamperin? Biasanya gue yang nguber lo." tanya Revi.
"Bawel lo ah! Buruan ayok!" Nena mulai menarik tangan Revi.
"Iya, iya, bentar! Gue matiin komputer dulu!"
Namun getar dalam ponsel Nena membuatnya mendengus sebal. Apalagi nama Edwarga tertera di layar. Abai dengan panggilan itu. Nena lalu menelusup ke belakang kursi Revi dan berjongkok disana. Bersembunyi!
Revi menganga kaget melihat tingkah aneh Nena. "Lo ngapain jongkok begitu?! Katanya mau lunch?!"
Nena meletakkan telunjuknya di mulut. "Diem, Rev! Gue lagi sembunyi!"
"Hah?" Revi sungguh tak mengerti.
Beberapa saat kemudian suara langkah kaki terdengar masuk menggetarkan divisi itu. Diikuti kasak-kusuk dari beberapa orang, termasuk Revi.
"Eh, gila! Pak Darga tumbenan masuk ke sini?!" seru Revi.
Nena yang mendengar suara Revi menggigit bibir. Tak mungkin Darga tahu jika dia bersembunyi disini.
"Nen, Nen, ada Pak Darga?" Revi masih heboh. "Perasaan tadi pas gue papasan sama Pak Darga di lobby, doi rapi banget kayak presiden. Kenapa sekarang cuma keliaran pake kaos polos begitu? Buset! Kelakuan boss ada-ada aja ya, Nen."
Nena tak peduli dengan ocehan Revi karena dia harus memikirkan cara agar bisa kabur dari sini sebelum Darga menemukannya. Baru saja dia akan bangkit saat ujung matanya menangkap sosok itu tengah mencari sesuatu. Darga benar-benar hanya mengenakan kaos polosnya! Gila! Nena dengan cepat berjongkok kembali. Meski harus merelakan lututnya terantuk kursi Revi.
"Revi!"
Revi melotot saat Darga tahu-tahu menghampirinya di kubikel. Nena yang mendengar suara Darga ikut menahan nafas.
"Iya, Pak?" Revi menjawab gugup.
"Kamu lihat Nena nggak?"
Revi memutar bola mata panik. Melirik Nena, perempuan itu mengkode Revi agar diam saja. Hingga akhirnya Revi menggeleng kaku.
"Enggak Pak. Saya nggak ngelihat Nena." jawab Revi.
Darga menyipit. "Kamu yakin?" Revi menggangguk kaku. "Kamu kalau ketahuan bohong, saya akan minta bagian HRD berikan SP ke kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Better
RomanceBagi seorang Edwarga Jianno Leon, Chikita Yerina tak lebih dari seorang sekertaris dan assisten yang bisa diandalkan. Namun hari-hari yang mereka habiskan bersama membuat Darga menyadari jika kehadiran Nena memiliki makna lebih dari itu. "Salahnya...