{4} As Clumsy As You {4}

2.1K 121 1
                                    

.

.

.

Nena gabut tidak karuan malam ini. Menghidupkan televisi, Nena tidak berselera dengan sinetron stripping yang sedang tayang. Memainkan ponsel, lama-lama membosankan juga. Jadilah dia hanya bergulingan di atas tempat tidur. Menelungkupkan diri Nena memeluk erat guling lalu memainkan boneka bebek super besar yang selama ini menemani tidurnya. Boneka itu sendiri, dibelikan oleh Darga saat mereka jalan-jalan bersama Satria dan Andhara kala itu.

Bengong sejenak, Nena tanpa sadar mengurut apa saja yang aktifitasnya hari ini. Bekerja seperti biasa. Memarahi Darga yang kelewat lama bermain game. Dan mematuhi segala perintah dari si telur dadar menyebalkan itu.

Darga. Laki-laki itu benar-benar membuat Nena menjadi ambyar. Segala sikap cuek, tidak peka dan menyebalkannya seolah menjadi makanan sehari-hari Nena.

Namun di sisi lain, Darga juga yang kadang membuat bibir mungilnya ini melengkungkan senyum. Suara umpatannya yang bernada rendah saat kalah bermain game. Seruannya saat memanggil Nena. Juga emosinya yang mudah naik saat ada yang mengganggunya. Ah, rupanya Nena sudah terlalu dalam mengenal seorang Edwarga.

Nena tanpa sadar memanyunkan bibir. Dia membenci saat-saat dimana bayangan Darga selalu membajak isi otaknya seperti ini. Apalagi bila mengingat sebentar lagi laki-laki itu akan segera menyandang status sebagai suami perempuan lain. Ah, hatinya sudah lebih dari remuk sekarang.

Siang tadi juga, Nena yang melihat Darga tersenyum berbicara dengan Clarissa di telepon. Lalu sikap manis laki-laki itu yang membelikan Clarissa cake dan dessert. Rasanya Nena ingin segera lenyap saja dari sana. Apalagi dia menyadari bahwa hatinya lambat laun hanya akan menjadi puing.

Namun dengan sikap yang menyebalkan Darga malah memaksa Nena untuk pulang bersama. Padahal dia sudah sangat pintar mencari alasan. Tapi yang namanya Edwarga memang sesialan itu. Dia malah menarik paksa Nena ke dalam mobil.

Hah. Nena membalikkan posisi tengkurapnya malas. Dia tumpukan dagu dalam bantal yang empuk membuatnya lagi-lagi terjebak dalam sebuah lamunan. Apalagi jika bukan melamunankan sosok Edwarga.

Nena mengacak-acak rambut frustasi. "Yerina, ish! Please, berenti pikirin calon laki orang! Berenti!" serunya kesal lalu membenamkan wajahnya ke dalam boneka bebek miliknya. "Tapi nggak bisa dong gue! Kenapa sih itu telur dadar sialan betah banget ada di otak gue?!" Nena menggerutu sebal.

Lalu dia meringis saat mendengar suara perutnya berbunyi. Ah, benar Nena belum makan. Terakhir dia makan adalah saat meeting siang tadi. Ah, bahkan mac n cheese yang tadi dipesannya tidak Nena habiskan. Ugh! Itu semua karena selera makannya langsung turun saat mendengar Darga menelpon Clarissa.

Tapi sekarang Nena lapar? Bagaimana ini?

Dengan sangat malas, Nena bangkit dari tempat tidur. Dia menyeret kakinya menuju dapur yang kosong. Tidak ada apa-apa disana. Nena mendengus malas. Dia ingin delivery tapi dia sedang menghemat uang.

Nena sedikit membanting pintu kulkasnya. Persediaan es krimnya juga sudah habis. Meski sebanyak apapun dia memakan es krim itu. Hatinya tetap sakit memikirkan Darga dan Clarissa.

Keluar dari dapurnya. Nena menghempaskan diri di kursi ruang tengah. Menyalakan televisi asal, lalu mematikannya lagi. Tak ada acara menarik minatnya. Memandangi gorden jendela yang melambai-lambai membuat hembusan angin menerpa kulitnya. Nena menyadari bahwa dia butuh udara segar. Agar hati dan fikirannya mendapat pencerahan. Mengangguk mantap, Nena bangkit dan berlarian memasuki kamar.

Satu menit kemudian Nena sudah keluar dari dalam kamar. Sudah siap dengan penampilannya. Dia mengenakan jeans pendek sebatas paha. Dipadukan dengan hoodie hitam bertudung. Tak lupa dia mengambil dompet, ponsel juga headphone kecil berwarna ungu. Ah, lalu dia juga mengenakan masker dan topi bucket warna hitam.

You Make Me BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang