{23} First Time We Meet {23}

1.6K 101 8
                                    

.

.

.

Nena tak bisa menahan sesak dalam dadanya saat taksi online yang dinaikinya sampai di depan bangunan bertingkat yang sudah lama tak didatanginya. Begitu taksi online yang dinaikinya pergi. Nena mendorong gerbang putih itu perlahan. Kesibukan banyak terjadi di halaman saat Nena memasukinya. Tersenyum pada orang-orang disana. Nena tahu apa acara yang melandasi kesibukan mereka. Pernikahan Darga. Lebih tepatnya pengajian kecil diadakan menjelang pernikahan putra pertama keluarga ini.

Langkah Nena terhenti saat pandangannya tertuju pada pajero sport putih yang terlihat melalui celah pintu garasi yang terbuka. Dia hafal betul kendaraan milik siapa itu. Membuat Nena menatap sebentar bangunan rumah itu. Berarti dia ada di dalem, dong.

Nena menghela nafas panjang. Nyaris tidak bertemu lima hari, dia tak tahu bagaimana kabar laki-laki itu. Namun tentunya laki-laki itu sedang berbahagia karena kurang dari empat hari lagi Darga akan menikahi perempuan yang dicintainya, Clarissa Yurina. Bukan Chikita Yerina.

Ikhlas Yerina, ikhlas! Menghirup nafas dalam-dalam, Nena memantapkan langkah memasuki teras rumah itu. Pemandangan serupa tampak saat Nena memasuki rumah. Orang-orang berseliweran tampak sibuk kesana kemari mengerjakan ini dan itu.

Orang-orang itu tersenyum saat Nena memasuki rumah Darga. Membalas senyum dengan rikuh. Dia segera menanyakan dimana keberadaan Janetta. Hari masih pagi saat Nena datang kemari. Karena dalam telepon semalam, Janetta berkata untuk langsung datang ke rumah saja. Tidak usah masuk kantor. Dan Nena sebagai anak yang baik dan patuh, menurut saja.

Ibu-ibu yang tadi sedang beres-beres, berkata Janetta sedang berada di dapur. Lalu saat Nena melangkahkan kaki ke dapur. Dia bisa melihat wanita yang melahirkan Darga itu, sedang melakukan sesuatu di dapur.

Nena melangkah semakin dekat. Dia tersenyum. "Tante Je," sapanya.

Janetta segera mendongak saat mendengar suara lirih itu. Terperangah melihat sosok Nena disana. Janetta segera keluar dari dapur rumahnya.

"Sayang," Janetta melangkah cepat lalu memeluk Nena erat. "Tante kangen banget sama Nena. Kamu kemana aja sih? Hmm, kok jarang main kesini lagi?"

Janetta mengurai peluknya. Lalu menatap wajah manis perempuan itu. Mengusap wajah Nena penuh sayang. Janetta tahu bahwa gadis--yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri ini sedang sedih. Dan rasanya Janetta ikut bertanggung jawab atas kesedihan gadis itu.

Janetta membelai wajah Nena. Menyelipkan anak rambut gadis itu yang berkibaran. "Sibuk banget ya di kantor, sayang? Hmm."

Nena mengangguk. Memberikan senyum di tengah suasana hatinya yang carut-marut. Dia menghela nafas diam-diam. "Iya Tante, kan Nena gantiin Darga di kantor."

Janetta mengangguk-angguk. Lalu merangkul bahu Nena. Mengajak perempuan itu menuju dapur. Di dapurnya Janetta rupanya sedang sibuk menghias cupcake.

"Tante lagi bikin cupcake?" tanya Nena melihat deretan cupcake cantik di atas nampan.

Janetta mengangguk semangat. "Karena kamu bilang mau kesini. Jadi Tante siapin deh cupcake spesial."

"Ih Tante, Nena jadi malu." ujarnya tersipu lalu menutupi wajah dengan kedua tangan.

Janetta hanya tersenyum. "Kamu mau ngehias juga?"

Nena mengangguk. Lalu Janetta mengulurkan beberapa cupcake dan icing. Selama beberapa menit Janetta dan Nena tampak sibuk dengan cupcake masing-masing. Beberapa kali Nena melirik Janetta yang menghias cupcake-nya dengan indah dan cantik. Lalu saat melihat miliknya sendiri, Nena hanya menertawakan. Sebenarnya dia ingin menggambar bebek di atas cupcake. Namun hasilnya berantakan membuatnya terlihat seperti motif abstrak.

You Make Me BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang