.
.
.
Revi mendorong pintu ruangan Nena saat ketukannya dari beberapa menit lalu tak mendapat jawaban. Mengintip ke dalam, perempuan itu mengernyit saat mendapati ruangan luas itu kosong melompong. Tidak ada siapapun disana.
Baru saat Revi menolehkan kepala ke sisi kiri, dia sangat terkejut mendapati Nena menelungkupkan kepala di meja. Segera saja Revi menghampiri perempuan itu.
"Nen, Nena!" Revi mengguncang bahu Nena keras. "Bangun, Nen! Lo tidur ya?"
Berdecak karena Nena tak kunjung bangun, Revi menggunakan kedua tangannya untuk mengguncang bahu Nena. "Nenaaa!!! Bangun, ih! Kok lo molor sih?" menghembuskan nafas kesal Revi tak menyerah. "Nenaaaa!!! Bangun!!!"
Baru saat kepala Nena mulai bergerak, Revi tersenyum juga. Nena mengangkat kepalanya yang berat. Menatap sekeliling dengan mata sedikit terkejut. Dia cukup kaget saat menemukan Revi berdiri di hadapannya.
"Kenapa Rev? Lo ada perlu ama gue?" Nena mengusap wajahnya merasakan lelehan air mata di pipi yang telah mengering.
Revi berkacak pinggang, kembali memandangi penjuru ruang kerja itu. "Ini lo sendiri aja? Pak Darga kemana?"
Mendengar nama itu disebut mau tak mau membuat hati Nena mencelos. Sakit. Menghela nafas diam-diam, Nena tersenyum pada Revi.
"Dia kan mulai cuti, mau married."
Revi hanya mengangguk-angguk. Dia lalu menarik tangan Nena untuk bangkit. "Lunch yuk?"
Nena melongo, perasaan baru beberapa menit lalu dia masuk ke dalam ruangan. Kenapa tiba-tiba Revi mengajaknya untuk makan siang?
"Kok makan siang sih, Rev? Emang ini udah istirahat? Ini baru jam sembilan, elah."
Revi menatap datar Nena, lalu decak panjangnya terdengar. "Makanya lo kalo kerja ya jangan ditinggal tidur! Jadi ngelindur kan, lo! Lihat nih sekarang udah jam berapa!"
Nena melotot saat melihat waktu yang ditunjukkan jam tangan Revi menuju pukul 12 siang. Memastikan dengan waktu di jam tangannya sendiri, ternyata jam tangan Nena menunjukkan angka yang sama.
Nena menatap Revi tak percaya. Astaga, jadi dia sudah tertidur selama tiga jam lebih?! Bahkan dia belum sempat mengerjakan apapun.
"Gila! Ini beneran udah jam dua belas?!" Nena menatap Revi masih tak percaya.
Revi menghela kesal masih menyeret Nena. "Iya udah, makanya ayo buruan! Gue udah janji sama Arfandi sama Rudian juga."
Nena hanya mengangguk pasrah. "Eh bentar, gue ambil tas dulu."
Setelah Nena mengambil tasnya, Revi segera menyeret Nena memasuki lift. Namun sebelum itu, Nena malah menarik tangan Revi.
"Rev, kayaknya gue ke toilet dulu deh, kebelet nih." Nena meringis.
"Ya udah gih, gue tungguin."
Di dalam kamar mandi, Nena berdiri cukup lama menatap raut wajahnya yang berantakan. Memutar kran, Nena mengusap wajahnya beberapa kali agar terlihat segar. Tak lupa dia sedikit menambah sentuhan make-up berupa bedak dan lipstick. Agar raut wajahnya terlihat lebih cerah.
"Semangat Yerina, lo bisa!" gumamnya lalu tersenyum menatap cermin.
Setelahnya Nena beranjak keluar dan kembali ke tempat Revi.
"Duileh, touch-up dulu ternyata," sindir Revi saat melihat bibir Nena yang memerah.
Nena mendengus malas dan mendorong Revi masuk ke lift. "Bawel lo! Buruan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Make Me Better
RomanceBagi seorang Edwarga Jianno Leon, Chikita Yerina tak lebih dari seorang sekertaris dan assisten yang bisa diandalkan. Namun hari-hari yang mereka habiskan bersama membuat Darga menyadari jika kehadiran Nena memiliki makna lebih dari itu. "Salahnya...